Pages

Dua Minggu Pertama di Kota Palu

Senin, 23 November 2015

Halo...!
Sekarang aku sudah sampai di kota penempatan lho, yaitu di Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Hari ini tepat minggu ketiga aku menetap di sini. Buatku, Palu adalah kota yang sepi jelaslah tak seramai kota-kota di Jawa. Ada Pantai Talise di pinggir kota, dan benar-benar di pinggir jalan raya pantainya. Kota Palu lebih panas dari kota-kota di Jawa, dan walaupun saat ini sudah memasuki musim hujan, tetap saja di sini jarang hujan. Biasanya sore mulai mendung tetapi tak pasti berakhir dengan hujan. Rasanya seperti langit begitu jauh di atas sana sehingga air segan untuk turun ke bumi.

Berhubung aku anak yang gampang lapar, jadi aku excited mencari tempat makan buat dijadikan langganan. Menurut lidahku yang Jawa banget ini, mayoritas tempat makan di sini terasa hambar. Memang ada beberapa tempat makan favorit karena rasanya lumayan dari sekian banyak yang hambar, kapan-kapan aku bikin tulisan khususnya deh. Kalau weekend bahkan aku dan teman-teman lebih suka eksperimen memasak demi memanjakan lidah. Tak usah mengira kalau memasak membuat kami lebih hemat ya, karena bahan makanan disini pun begitu mahal. Aku belum pernah mencoba berbelanja di pasar tradisional sih, tapi di warung harga sewadah bedak tabur cabe rawit yang udah nggak segar adalah lima ribu rupiah. Padahal di rumah kata mamah segitu sudah dapat cabe setengah kilo. FYI pasar tradisional yang sayurannya segar katanya cuma ada di hari Kamis dan Minggu, padahal itu termasuk pasar induk. Duh dek...

Terlalu banyak hal mengejutkan disini. Aku sampai bingung mau cerita dari mana. Selain soal cuaca dan makanan, yang khas di sini adalah pom bensin yang selalu mengantri walaupun banyak penjual bensin eceran tak jauh dari situ. Harga premium sama seperti di Jawa, 7400 per liter, dan di eceran 9000 per botol. 

Oh iya, satu lagi, di sini lumayan sering mati lampu. Alhamdulillah di kantor dan di asramaku ada genset jadi soal ini nggak begitu terasa, kecuali saat di mall dan di Transmart, beberapa kali mati lampu dan harus beralih memakai genset. FYI di sini ada mall, ada bioskop XXI, ada Ramayana, Solaria, J.Co, Matahari, Hypermart, Happy Puppy, Inul Vista, Bata, KFC, dan Pizza Hut. Tapi sayang belum ada Hoka-Hoka Bento favoritku huhuhuhu.

Ada juga yang lucu, banyak sapi dilepas buat makan rumput di pinggir jalan. Kadang sampai malam pun sapi-sapi itu belum pulang. Aku bahkan pernah melihat seekor sapi berjalan di tengah jalan raya dan para pengendara dengan sabarnya tidak membunyikan klakson.

Dua minggu di sini selain mencoba makanan baru, aku juga belanja ini itu untuk keperluan sehari-hari, juga membeli motor bekas sebagai alat transportasi. Di sini alat transportasi umum cuma ada angkot yang disebut taksi, yang nggak ada trayek khususnya, dan argo, sebutan untuk taksi beneran.

Maafkan aku tak bermaksud berkeluh-kesah tentang keadaan di sini. Mohon maklum ini bagian dari adaptasiku dari yang belum pernah ke luar Pulau Jawa sama sekali tetiba harus menetap di kota ini.

 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS