Pages

THE NAP LOVER

Senin, 07 Desember 2009

Aku di-tag oleh Ontin pada sebuah gambar yang bertuliskan “the nap lover”. Aku tahu, ia melakukannya bukan tanpa alasan. Aku memang tukang tidur, lebih tepatnya aku mudah sekali tertidur di manapun aku berada. Aku tidur di depan tv, di kursi ruang tamu, di kelas, di kasurku sendiri, di kost sendiri, di kost teman, di boncengan motor, bahkan aku pernah tertidur dengan posisi berdiri di dalam bus dan kereta Prambanan Ekspress yang penuh sesak.

Dari sekian banyak tempat aku tertidur, yang paling tidak kukehendaki adalah tidur di kelas. Kalau tidak salah, aku memulai kebiasaan tidur di kelas sejak aku masuk SMP. Karena SMP-ku adalah sebuah SMP swasta Islam, maka banyak pelajaran agama yang mengharuskan kami membaca Al Qur’an bersama-sama. Pada saat teman-teman sekelasku mengaji bersama dengan khusyuk, aku pun mulai tertidur dengan khidmat. Hal itu masih berlanjut sampai aku SMA. Walaupun SMA ku adalah SMA Negeri yang tidak ada lagi kegiatan mengaji bersama, aku tetap tertidur. Aku tidak ingat saat pelajaran apa saja aku tertidur, yang jelas bukan pada saat pelajaran olahraga dimana kami harus berbaris di lapangan atau makan bersama di kantin. Kalaupun aku tidak tertidur di sekolah, aku tertidur di les.

Selama ini, kebiasaan tidur tak pernah menjadi masalah serius untukku. Sampai pada sore tadi, saat aku mengikuti kelas Hubungan Masyarakat yang diampu oleh Mas Ngurah yang sangat senang bercerita. Seperti biasa, beberapa menit setelah kelas dimulai, rasa kantuk mulai menerjangku dan aku pun menyerah sehingga aku tertidur. Sampai pada waktu pertengahan sebelum kelas berakhir, salah seorang teman yang duduk di depanku memutar badan untuk menghadapku. Mas Ngurah tidak menegur tingkah lakunya sama dengan beliau tidak menegurku setiap kali aku tertidur di kelasnya.

Temanku tadi bertanya, aku tidur jam berapa? Kujawab saja kalau aku tidur jam 12, walaupun semalam aku tidur lebih awal, tetapi biasanya aku memang tidur sekitar jam 12. Lalu ia bertanya lagi, aku bangun jam berapa? Kujawab saja jam 5, walaupun setelah sholat Subuh yang kesiangan itu aku tidur lagi sampai jam setengah sembilan. Kemudian temanku itu bertanya lagi, bukankah jam tidurku itu sudah cukup? Tetapi mengapa aku selalu tertidur setiap ada teman lain yang presentasi di depan kelas? Dan aku tidak punya kata-kata lagi untuk menjawabnya, jadi aku hanya tersenyum. Senyum kecut karena merasa tertohok dan di dalam hati merasa sebal mengapa harus ada orang seperti dia di kelas yang aku ikuti…

Tetapi, di luar itu, aku merasa perkataan temanku itu ada benarnya juga. Mengapa aku masih saja tertidur di kelas kalau jam tidurku sudah mencukupi? Adakah yang salah dengan diriku? Apa aku mengidap suatu penyakit yang membuatku merasa cepat lelah dan mengantuk? Aku masih bertanya-tanya…
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS