Pages

Review BB Cream Etude House

Sabtu, 05 Oktober 2019

Hello gaes, selamat berakhir pekan ya!
Aku mau sharing pengalamanku pakai BB Cream Etude House for daily use nih, mana tau ada teman-teman yang bingung nyari BB Cream yang tepat dan tipe kulitnya kayak aku.

Ini pakai BB cream blooming fit. Kena basuh air wudhu tanpa touch up.

BB cream blooming fit & BB cream moist. Tuh udah sampai pudar yang blooming fit, pertanda beneran daily use.
Ini udah pake yang BB cream moist, setelah yang blooming fit habis, tanpa basuhan air wudhu juga.

Ini pakai BB cream moist dan berpanas polusi udara ibukota tanpa kena basuh air wudhu. Abu-abu banget ya, mungkin karena kadar SPF-nya yang tinggi.
Sebagai wanita kita sudah terbiasa kan ya pakai make up buat dandan tiap pagi. Hmmm aku pakai ini hampir tiap pagi ke kantor ga mungkin ga pakai ya. Aku pilih BB cream for daily use karena menurutku teksturnya ga sepadat dan seberat foundation kalau dipakai. Pertama yang aku coba adalah varian Precious Mineral BB Cream Blooming Fit yang ada SPF 30-nya. 

Aku beli di Toko Mutiara Palu dan pakai sudah lama banget, sekitar tahun 2017. Waktu itu harganya sekitar 350 ribu dengan kemasan 60 gram. Baru habis di tahun 2019 ini, padahal aku pakai hampir tiap hari lho. Selama pemakaian dua tahun itu aku ga merasa ada yang aneh, kecuali akhir-akhir ini pas udah mau habis rasanya di muka agak panas. Hahahaha mungkin sebenernya udah expired ya? Tapi gak sampai bikin bruntusan atau jerawatan sih jadi ya aku beneran pakai sampai habis. Kemasan tube-nya yang tinggal pencet itu praktis banget. SPF 30-nya udah cukup banget buat dipakai berpanas ria di pantai Sulawesi Tengah lho!

Biasanya, aku kalau udah cocok sama suatu brand, apalagi buat muka, pasti aku repurchase lagi dan lagi. Nah karena susah cari Etude House di mall, akhirnya aku beranikan diri cari di online shop. Ketemulah sama Cherrychup Store di Shopee. Aku sempat tanya dulu, lebih bagus mana BB cream untuk kulit kering, Misscha atau Etude, terus warna yang paling mendekati sama BB cream-ku yang lama warna yang mana. Hahahaha ribet ya? Jelas dong, demi engga beli kucing dalam karung gitu, apalagi ini buat muka, yang setiap orang bisa liat, buat daily use pula. Alhamdulillah ya adminnya sabar jawab satu per satu pertanyaanku. Akhirnya belilah aku Precious Mineral BB Cream Moist yang ada SPF 50-nya. Kemasan 45 gram dan lebih ramping daripada yang blooming fit series. Sebelumnya pakai SPF 30 aja udah oke, apalagi sekarang pakai SPF 50, semoga lebih mantap menghadapi panas ibukota.

Setahun Pascagempa Palu: Sebuah Perjalanan Kehidupan

Rabu, 02 Oktober 2019

Hai, teman-teman nyata di dunia maya! Ternyata sudah lebih dari setahun aku tak menulis di blog ini. Maaf kalau nanti bahasanya masih kaku ya.

Setahun lalu aku mengalami gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah, cerita selengkapnya bisa kalian baca di postingan sebelum ini. Bulan Oktober tahun lalu, aku masih di rumah karena kantor kami libur tanggap darurat bencana sampai 26 Oktober 2018. Aku lebih banyak di rumah, masih takut bepergian dan mudah kaget mendengar suara dan getaran yang datang tiba-tiba. Aku masih ingat, senyum pertamaku setelah gempa adalah di pernikahan sahabatku, Steffy, yang diadakan di Bali pada 20 Oktober 2018. Itupun aku datang setelah membulatkan tekad untuk melawan rasa takut. Sewaktu jalan-jalan sendirian ke Ubud, aku menantang diri sendiri untuk naik wahana ayunan yang tinggi itu. Ternyata aku masih berani, syukur alhamdulillah.
My first smile at Stef's Wedding (20/10/18)

Harusnya aku gak pakai baju warna hijau juga biar lebih keliatan ya.
Aku kembali ke Palu setelah transit Makassar untuk mengikuti seleksi beasiswa Bappenas 2019. Kami tinggal di kantor dengan tidur berjamaah di mushola, masak dan makan bersama di dapur umum, antri mandi, berebut tempat di bangunan semi permanen yang berguna sebagai kantara (kantor sementara), dan pergi kemana-mana hampir selalu ada temannya. Saat itu, bahkan sampai sekarang, gempa masih tiba-tiba mengguncang meski dengan skala kecil yang bahkan kadang tak kami rasakan.

Lalu tibalah libur akhir tahun. Saat itu aku tak ingin berlibur karena pasti di mana-mana akan sama saja, macet. Tiba-tiba aku ingin pergi umroh saja. Ya, tiba-tiba saja terpikir dan berkeinginan kuat untuk mewujudkannya itu juga. Padahal sudah sejak tahun 2017 teman dan keluarga menyarankan untuk ke sana, tetapi selalu saja ada alasanku untuk menolaknya. Akhirnya setelah menemukan travel yang jadwalnya langsung berangkat dan pesawatnya bukan Lion Air, aku langsung mengurus semua perlengkapannya. Alhamdulillah semuanya lancar sampai aku kembali ke tanah air lagi.
Rindu ke sana lagi ya Allah... Semoga nanti ke sana lagi sama suami ya. Aamiin.
Januari tahun ini aku kembali ke Palu lagi, meskipun sudah ada SK mutasi ke Jakarta, namun aku masih bertugas di Palu sampai bulan Mei sebelum Idul Fitri. Alhamdulillah kami sudah bisa menempati rumah dinas yang telah selesai diperbaiki, tak perlu memperpanjang durasi masuk angin hampir tiap malam dan menahan rasa pegal di badan karena terlalu lama tidur di dalam tenda dengan alas kasur tipis seadanya. Kembali bisa tidur di atas springbed adalah suatu kemewahan karena teman-teman yang lelaki masih harus tidur di kantara karena mess baru bisa dipakai kembali setelah libur lebaran.

And here I am! Aku mensyukuri perpanjangan usiaku setahun setelah gempa Palu, dengan mencicipi pedasnya gas air mata sisa demonstrasi yang sampai anarki dan merusak kantor kami. Ternyata kejutan dalam hidup ini juga mengajarkan tentang melawan ketakutan demi ketakutan dalam menjalaninya, ya? But don't worry, kita punya Allah kok, kita bisa merapal "Lā haula wa lā quwwata illā billāh" yang artinya, “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah" untuk melawan rasa takut itu dan biar lebih tenang hati. Sungguh aku setuju dengan tagline Chitato yang enak tapi aku tak bisa makan itu: life is never flat!
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS