Pages

Makan Nikmat atau Nikmat Makan?

Kamis, 22 Mei 2014

Hello world! Long time no see..
Mumpung lagi selo gak ada suara berisik yang nggangguin, dan abis makan sendirian, tetiba kepikiran 'makan nikmat atau nikmat makan' hahaha...

Makan nikmat mungkin bisa diartikan sebagai makan makanan favorit kita, makan makanan enak yang harganya setara sama uang jajan sebulan, makan makanan yang selama ini cuma bisa kita liat di tv, dan sebagainya. Intinya makan nikmat adalah saat dimana kita makan makanan yang istimewa entah karena rasanya, bentuknya, moment-nya atau apalah yang bikin makanan itu jadi terasa lebih special daripada makanan yang biasa masuk ke perut kita sehari-hari.

Kalau buat aku pribadi karena aku suka pasta mungkin aku akan mendefinisikan makan nikmat sebagai saat dimana aku menyantap macaroni, lasagna dan teman-temannya. Hmmm... So yummy..! Tuh kan jadi kepingin ke Koki Joni ._.
Kalau menurut kalian makan nikmat tuh apa gals?

Terus kalau nikmat makan adalah makanan yang bisa masuk ke tubuh kita saat kita lapar, misalnya tetiba ada semangkuk bakso di depan mata. Jadi walaupun kita gak suka-suka banget sama bakso ya akhirnya masuk perut juga tuh makanan. Intinya seperti nikmat Tuhan dalam bentuk makanan yang membuat kita bisa bertahan hidup. Nasi, sayur, tahu, tempe, telor, ayam, dan ikan asin nah lho jadi kepingin lagi yang biasa kita makan sehari-hari termasuk ke dalam kategori nikmat makan ini guys.

Hmmm... Tapi aku jadi kepikiran sesuatu nih.. Gini, kalau kita mau menelisik lebih dalam sebenarnya kedua frasa ini bisa berhubungan, bukan hanya karena terdiri dari dua kata yang sama, tetapi juga karena ini bisa jadi sebuah sebab-akibat. Let me make a theory, nikmat makan bisa jadi makan nikmat, tapi makan nikmat belum tentu jadi nikmat makan. Misalnya, tadi aku makan pizza, which is something that i seldom eat karena tinggalnya di Indonesia ya, kalau tinggal di luar negeri ya beda lagi. Jadi saat aku makan pizza di Indonesia itu bisa dikategorikan makan nikmat karena makanan itu special setidaknya buatku hahaha. Tetapi sejurus kemudian aku makan nasi sama telor, yang mana itu adalah makanan biasa dan kita sebut saja nikmat makan. Jadi sudah jelas kan makan nikmat dan nikmat makan bedanya apa? So, let me continue this description...!

Sebenarnya si pizza yang aku sebut makan nikmat itu masih ada 1 pan utuh dimana aku bisa saja menghabiskannya sendiri, tetapi... Aku jadi gak nafsu dan pilih makan nasi telor yang merupakan menu biasa aja. Tadi waktu aku makan pizza bareng sama keluargaku which is the special people for me dan bikin moment makan pizza itu jadi lebih special. Jadi pizza tanpa keberadaan keluargaku jadi biasa aja, bukan lagi makan nikmat buatku. Tetapi nasi telor yang cuma sekedar nikmat makan malah bisa jadi makan nikmat kalau aku memakannya bareng orang spesial di sekitarku. Jadi ini lebih ke momentnya dong ya? *ngangguk-ngangguk sendiri*

Alasan moment yang tepat dan dengan siapa kita makan ini sebenarnya sudah aku rasain selama beberapa tahun ini. Sewaktu ngekos, aku sering nyobain tempat makan baru, sebenarnya lebih ke aku bosen sama makanan di warung sekitar kos yang itu-itu aja dan itu bikin aku gak selera makan. Jadi demi mempertahankan nafsu makan, aku menggoda diriku sendiri dengan berbagai pilihan lain yang kadang menyakiti kantong, hiks... Jadi sewaktu ngekos tuh makan ya karena kita butuh tenaga, jadi harus dipaksain mbuh piye carane biar tetep ada makanan yang masuk ke tubuh kita. Tetapi kalau di rumah yang notabene makanannya itu-itu aja aku ya maem-maem wae gak pingin jajan keluar. Apalagi dengan kalimat sakti simbok yang selalu bilang "duit segitu daripada buat makan di mall cuma buat dua orang mending buat belanja di pasar udah komplit dapet sayur, daging sama buah bisa empat sehat lima sempurna gak cuma dapet junk food aja."

Nah lho, mak jleb kan omongan simbokku? Itu yang bikin aku sukses gak jajan di luar. Kuncinya cuma 'ingat keluarga' hehehehe... Terus ya temen kosku juga pernah bilang kalau kita makan di kos rasanya gak senikmat di rumah karena kita makannya sendirian. Iya sih, aku kalau di rumah cuma sama Fahmi dan dia tidur sedangkan kami belum makan siang, pasti aku lebih pilih mainan laptop sambil nunggu Fahmi bangun baru nanti kami makan bareng. 

Yah, kesimpulannya jadi suatu nikmat makan bisa jadi makan nikmat kalau kita menikmatinya at the right moment with the right ones. Jadi kalau mau makan nikmat dengan nikmat makan a.k.a makanan ala kadarnya yuk kita makan bareng orang-orang tercinta di sekitar kita, bisa pasangan, orang tua, keluarga, atau teman-teman. Ini membuktikan kalau manusia adalah makhluk sosial yang demi mendapatkan kenikmatan dalam makanan pun makannya harus bersama-sama. Apalagi kalau kembulan (beberapa orang makan bersama dalam satu wadah) hmmm... saking nikmatnya pasti kita kayak gak pernah kenyang, pingin nambah lagi dan lagi.

Itulah teori sotoy dari seorang tukang makan yang sangat mengharap bisa mencapai berat badan ideal. Yuk kita makaaaaan..!

Hidup Itu...

Senin, 12 Mei 2014

Hidup itu...
Penuh dengan masalah.
Kalaupun kita sudah berusaha menjalani dengan sebaik-baiknya pasti tetap ada masalah dari luar yang membuat kita memikirkannya juga, karena hidup itu adalah kebersamaan. Jika kita hidup bersama keluarga dan ada masalah dalam keluarga itu, pasti kita ikut memikirkan bagaimana solusi terbaik untuk menyelesaikannya.

Hidup itu tentang semangat, sabar dan pantang menyerah!
Seberapa kali pun kita mencoba, seberapa kali pun kita gagal, kita harus bangkit dan tak boleh menyerah dengan keadaan. Walaupun hati luluk lantak dengan kenyataan pahit, namun semua itu harus tetap dilalui, harus tetap dijalani. Karena roda kehidupan itu berputar dan kita akan tergilas oleh waktu jika hanya berhenti di tempat saja.

Hidup itu tentang usaha, harapan dan doa.

Kita harus memiliki harapan untuk mendasari setiap langkah kehidupan kita, agar bisa lebih baik dalam menjalaninya. Semua itu dilengkapi dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kita bukanlah siapa-siapa dan apa-apa tanpa-Nya. Seberapapun hebat kita menjalani hidup, semaksimal apapun kita berusaha, jika itu dilakukan tanpa berdoa dan memohon ridho-Nya, semuanya hanya akan menjadi sia-sia belaka. Kalaupun akhirnya kita berhasil, keberhasilan tanpa iman akan menjadikan kita sombong dan jumawa, yang mana akan menghancurkan diri kita sendiri dari dalam. Karena iman itu letaknya di relung hati manusia yang paling dalam.


Semoga kita selalu bisa menjalani hidup bagaimanapun getirnya dan semoga kita selalu berpegang teguh dengan iman yang setia.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS