Pages

Hai Makassar!

Sabtu, 25 Februari 2017

Seminggu yang lalu aku berkesempatan buat kondangan nikahan teman sekamar ke Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, yang bisa dibilang sebagai kota paling maju sepulau Sulawesi ini. Yes akhirnya ke peradaban, hahaha. Bukan berarti aku nggak bersyukur tinggal di Palu yang ga ada macet ini, hanya saja rasa bosan kerap melanda jika yang kulihat dan kumakan itu-itu saja.
Semoga semua segera gantian dikondangin biar ga cuma kondangan terus~
Destinasi pertama setelah kondangan adalah Benteng Fort Rotterdam. Aku dan Itty kesana masih pakai riasan dan kostum lengkap kondangan hahaha. Tidak ada tarif resmi tiket masuk ke sana, kami hanya diminta menuliskan nama di daftar tamu dan memberi seikhlasnya kepada bapak-bapak penjaga di pintu masuk. Ada juga bapak-bapak yang menawarkan jasanya sebagai guide untuk menjelaskan perihal sejarahnya, namun kami lebih suka mengeksplorasi sendiri a.k.a jepret narsis sana-sini mumpung masih pake dandanan cetar, biar ga sayang ongkos ke salonnya kalau cuma dipake njagong doang trus dihapus, hahaha dasar ogi (ogah rugi) banget. Kalau menurutku benteng ini semacam Benteng Vredeburg kalau di Jogja namun agak kurang terawat. Ada dua sumur tua dan beberapa semacam sanggar seni di lokasi ini. Kalau piawai mencari angle yang tepat, sangat bisa digunakan sebagai tempat foto prewedding. 

Malam harinya janji ketemuan sama teman-teman yang dari Manado, Ambon dan Manokwari di RM Seafood Losari. Jangan ditanya itu di mana, pokoknya pas di pertigaan jalan. Tempat makannya rame, rasa masakannya enak, harganya nggak mahal-mahal amat, dan CUMI BAKARNYA RECOMMENDED! Ingetin aku kalau ke Makassar buat mampir kesana lagi. Lalu kami lanjut ke Mall Panakkukang yang katanya sekarang lebih mirip pertokoan. Memang penampakannya seperti itu, tapi tetap saja lebih banyak pilihan gerainya. Kami berada di sana sampai mallnya tutup, hahahaha.

Hari berikutnya, tujuan pertama adalah Monumen Mandala. Monasnya Makassar kalau kata Itty. Sayang liftnya rusak, jadi kami cuma bisa menjelajah sampai lantai tiga saja. Awalnya kami nggak yakin tempat ini dibuka untuk umum karena gerbang depan terkunci. Namun ternyata ada satu pintu di samping yang terbuka. Kami masuk lewat situ dan disambut oleh seorang penjaga yang membawa kunci bangunan kokoh tersebut. Kami cukup membayar lima ribu rupiah per orang kepada beliau. Penampakan di dalamnya tidak terawat dan lebih terlihat seperti gudang. Sedih melihatnya. Alangkah lebih baik jika dirawat dan difungsikan kembali lift yang rusak itu, agar masyarakat bisa melihat pemandangan kota Makassar dari puncak towernya.
Monumen Mandala ga terawat :(

Pemandangan di Sumba Opu dari dalam becak.
Udah sah ke Makassar kan ya? Hahahaha.

Kami melanjutkan petualangan ke Somba Opu, semacam pusat oleh-oleh di sana. Yang menarik adalah kami naik becak! Ah senangnya setelah sekian lama akhirnya bisa naik becak lagi. Daeng (sebutan untuk laki-laki yang lebih tua) yang baik menunggu kami di depan toko dan bersedia mengantarkan ke Pantai Losari. Ternyata penampakannya semacam Anjungan Nusantara di Pantai Talise kalau di Palu. Setelah puas pose berpanas ria, akhirnya kami beranjak ke Trans Studio Makassar. Karena Daeng nggak sanggup mengantar, kami naik bentor. Bahagia akhirnya kesampaian juga mencoba naik bentor meski sepanjang jalan banyak debu dan anginnya lebih kencang dibanding naik becak.

Naik bentor yang anginnya kaga santai hahaha
Sesampainya di mall megah di lokasi elit itu, kami memutuskan makan siang dulu di Ichiban Sushi lagi-lagi karena di Palu nggak ada hahahaha. Baru kami masuk ke wahana bermain di TSM. HTM untuk weekdays 150 ribu, dan weekend 200 ribu. Aku coba semua wahana bermain yang ada. Puas banget bisa deg-degan dan teriak sepuasnya hahahaha. Kalau pas naik wahana yang ekstrim dan bikin pusing, aku langsung merem dan pikirin hal-hal yang mau dibuang dari pikiran biar lepas teriaknya hahahaha. 
Lunch dulu kita baru berpetualang lagi..

Sushi... So yummy :9
Horeeee Trans Studio Makassar!
Hari sudah sore saat kami selesai bermain dengan riang gembira dan mampir ke satu lagi tempat oleh-oleh yaitu Mantao Pare. Roti berbentuk seperti bakpao yang tidak ada isinya. Cara makannya bisa diiris dan digoreng begitu saja atau digoreng dengan lapisan telur. Bisa juga disajikan dengan berbagai macam selai, tergantung selera.

Sebenarnya masih ingin jalan-jalan lagi tapi apa daya akhir pekan sudah berakhir dan harus kembali ke realita hahahaha. Terima kasih tak terhingga buat Itty dan keluarganya yang sudah baik banget mau direpoti. See ya, Makassar!
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS