Pages

Pramex-ku sayang, kemanakah engkau?

Sabtu, 23 Mei 2009

Kamis pagi (21/5), aku dan mbak Puput pulang ke Solo. Kami bermaksud menumpang kereta Prambanan Express (Pramex) yang berangkat pukul 06.55 dari Stasiun Tugu, Yogyakarta. Karena aku harus menyelesaikan cucianku yang menumpuk dan mbak Puput juga menyelesaikan piket mengepel lantai, maka kami berangkat dari kost kesiangan, sudah lebih dari jam setengah tujuh. Padahal, bus jalur 4 biasanya berhenti di depan Seven Resto, sebelaj selatan Mirota Kampus, cukup lama. Jadi, di dalam bus aku sama sekali tidak merasa tenang karena takut tertinggal oleh Pramex.

Tetapi, sesampainya di stasiun ternyata Pramex belum datang dan kami harus menunggu. Setelah sekitar 15 menit kemudian, datanglah rangkaian kereta Senja Utama. Para penumpang Pramex harus naik kereta ekonomi jurusan Jakarta-Solo tersebut karena ternyata kereta Pramex tidak datang.

Kereta itu adalah kereta terburuk yang pernah kutumpangi. Lantainya sangat kotor karena tertutup dengan banyak sekali sampah Koran, mungkin bekas orang tidur semalam. Banyak juga penumpang yang merokok di dalamnya. Selain itu, para pedagang asongan yang tak pernah berhenti menjajakan dagangannya menambah kesan negative yang kudapat dari rangkaian Senja Utama. Bayangkan saja, seorang pedagang yang sama bisa lewat sekitar 5 kali selama perjalanan Jogja-Solo! It’s really annoying!

Jika saja kereta tersebut lebih bersih dan tidak ada perokok di dalamnya, aku pasti tidak keberaatan untuk menumpanginya lagi. Aku tidak terlalu mempermasalahkan keberadaan para pengasong, karena aku paham mereka juga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan pekerjaan mereka itu adalah pekerjaan yang halal.

Kelangkaan Pramex ini mungkin bisa dijadikan masukan kepada PT KAI agar lebih memperhatikan para penumpang. Karena Pramex termasuk sarana transportasi terlaris untuk menempuh jarak Solo-Jogja, yaitu dengan 6000 orang penumpang di hari biasa dan 8000 orang penumpang pada saat weekend, alangkah akan jauh lebih baik jika ditambah jumlah gerbongnya. Para penumpang pasti akan lebih puas dengan pelayanan PT KAI karena mobilitas mereka akan semakin lancar.

Bukankah begitu, para pramekers sejati?!

Film Biola Tak Berdawai

Kamis, 14 Mei 2009

Film yang bagus memang, namun terkesan membosankan. Hal itu ditandai dengan pernyataan “bla bla bla adalah teka-teki…” yang selalu diucapkan oleh tokoh Mbak Wid yang diperankan oleh Jajang C. Noer. Acting yang menarik dan dalam coba ditunjukkan oleh Nicholas Saputra yang berperan sebagai Bisma dan Ria Irawan yang memainkan peran sebagai Renjani.

Secara alur, film ini mudah dimengerti karena menggunakan alur maju, sehingga tidak membingungkan penonton. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang penari balet bernama Renjani yang memilih mengakhiri kariernya setelah ia melakukan aborsi karena diperkosa, dan akhirnya memilih pindah dari Jakarta ke Yogyakarta dan mendirikan rumah yatim piatu khusus untuk anak yang cacat dari rumah warisan neneknya. Dari sekian banyak anak-anak cacat yang ia tampung, Renjani sangat menyayangi seorang anak bernama Dewa.

Di panti asuhan tersebut Renjani bekerja sama dengan seorang dokter anak yang biasa dipanggil Mbak Wid. Wid adalah anak seorang pelacur yang ibunya telah menggugurkan kandungannya sebanyak enam kali. Maka dari itu, Wid bertekad untuk menjadi dokter anak, karena ia ingin menebus dosa yang telah dilakukan ibunya terhadap anak-anak.
Hampir setiap hari selalu ada saja anak di panti asuhan itu yang meninggal. Untuk menghindari stress karena sering menghadapi kematian pasiennya, Wid memiliki hobi meramal lewat kartu-kartunya. Biasanya ramalannya memang benar terjadi. Seperti saat Renjani bertemu dengan Bisma saat menonton pertunjukkan musik. Awalnya, niat Renjani adalah melakukan terapi musik untuk Dewa tetapi ia malah jatuh cinta pada seorang pemain biola bernama Bisma. Namun, takdir berkata lain. Cinta Renjani dan Bisma tidak bisa bersatu. Renjani meninggal karena kanker yang disebabkan oleh tindakan aborsi yang dilakukannya dulu.

Dari segi amanat, film ini mengandung berbagai pesan moral untuk para penontonnya. Di antaranya ialah kita sebagai manusia yang terlahir dengan normal hendaknya tidak menghina dan merendahkan saudara kita yang terlahir kurang sempurna, kita juga tidak boleh menyerah dalam berusaha dan menjalani cobaan hidup karena suatu saat keajaiban akan terjadi untuk menolong kita. Pesan tersirat lain dari film ini adalah jangan pernah melakukan aborsi, karena tindakan itu akan menyeret kita ke dalam penyesalan dan dosa yang mendalam, serta dapat merusak kesehatan dann membahayakan nyawa yang kita punya.

Euphoria of the new laptop (part 2)

Selasa, 12 Mei 2009

Wah, ternyata euphoria of the new laptop masih berlanjut…. Malah lebih seru! Ini dia kisahnya…. Selamat membaca!

Gue pulang dari rumah pakde dijemput mama dan adik gue, Isal. Karena siang itu gue ada janji ama Tias, sahabat gue, maka laptop gue bawa. Maklum, laptop baru! Kan ga lucu kalau laptop baru diambil dari toko 24 jam yang lalu udah ilang. ih, jangan sampai deh… gue bener-bener parno, gara-gara sebelumnya pernah kehilangan hp yang belom genap berumur 2 minggu. Pelajaran yang gue ambil, berhati-hatilah dengan barang baru, terutama gadget baru lo!

Sorenya waktu gue ama Usi, adik gue yang cewek, sedang asik-asiknya menikmati si lappie, eh, Isal tertanya baru tau klo tu lappie barang pribadi gue. Disangkanya tu lappie pinjeman gitu. Gile nie adik gue, emang gue kagak ada tampang pantes punya laptop gitu ya???

Mama sama Bapak gue juga gak ketinggalan buat ikutan euphoria lho, walopun mereka gaptek gitu tetep aja ikutan narsis foto-foto pake webcam! Oh my God, dan pose beliau berdua tu gak banget! Sama sekali tidak mencerminkan wibawa sebagai orang tua, hahahahaha….

Klo Usi laen lagi, foto-fotonya yang kemungkinan dimaksudkan agar terlihat (sok) imut malah terlihat bagai penampakan kuntilanak di malam hari. Abis dia tuh uda tau ga fotogenik bukannya nyadar malah maksa, hehehehehe….
Ini semua belum seberapa sodara-sodara!

Masih ada yang lebih dahsyat, kakak dan keponakan gue! Mereka tuh benar-benar sepasang ibu dan anak yang minta ampun narsisnya. Karena kakak gue termasuk dalam golongan orang gaptek di rumah gue, sebelumnya dia ga tau klo webcam di lappie gue tu bisa buat foto. Pas gue kasih liat foto-foto bonyok dan adik-adik dikiranya tu foto pake hp, trus gue jelasin klo mereka foto pake webcam. Dan tentu saja dia langsung ingin mencoba dan mencoba lagi!

Waktu dia ngajak Chelsea, anaknya, eh si anak malah ketagihan! Dengan gaya bicara khas anak umur 2,5 tahun, dia bilang “mote-mote!” sambil tak henti-hentinya berusaha tuk menggapai lappie gue. Usut punya usut, tertanya dia pengen difoto pake webcam lagi! Oh my God, gue semakin penasaran, apakah keluarga-keluarga lain pada bertingkah seperti ini saat ada sebuah laptop baru di rumahnya?

Euphoria of the new laptop

Jumat, 08 Mei 2009

Alhamdulillah, akhirnya jadi juga gue dibeliin laptop, thanks God, thanks Mom… I love u…
Dengan semangat 45 aku dan Lulu menuju toko Oslo Computama tempat aku memesan Acer E-Machines type D-725. Saat itu hujan deras beserta angin kencang, sehingga kami terpaksa berteduh sebentar di Kopma UGM. Awalnya kami belum tahu pasti di mana letak toko tersebut, karena sehari sebelumnya aku memesannya di NIX Computer Expo yang diselenggarakan di Jogja Expo Center. Tetapi untungnya tidak sulit untuk menemukan lokasi tokonya. Dari arah UGM, di perempatan Jetis belok kanan, arah ke Monjali, tepatnya di depan Mie Pasar Baru.
Syukurlah hujan sudah reda sewaktu kami menempuh perjalanan pulang. Sesampainya di kost, Lulu langsung pamit ke basecamp Bulaksumur Post, sedangkan aku asyik membongkar laptop baru. Namun beberapa saat kemudian lulu kembali ke kost-ku karena acaranya di Bulpost sudah selesai. Karena setelah itu kami sama-sama mempunyai acara di Kopma, maka kami sepakat untuk berangkat bersama. Tiba-tiba aku ingin pulang sore itu juga, langsung dari Kopma. Walaupun lelah, tetapi semangat untuk pulang kampong tak pernah reda. Aku tidak sabar untuk memamerkan laptop baruku kepada kedua adikku di rumah, pasti mereka akan senang sekali karena mulai sekarang kami sudah bisa menyewa film dalam bentuk CD dan DVD.
Tetapi kepulanganku sedikit tertunda oleh briefing Dikorg Lulu yang tak kunjung usai, sehingga aku terpaksa pulang dengan Pramex terakhir, aku sampai lupa meminta jadwal Pramex pesanan mbak Fatma. Di dalam pramex aku tetap bisa tidur walaupun ada perasaan was-was karena membawa laptop baru yang lengkap dengan tas latopnya. Untungnya, penumpang Prameks kali ini tidak seramai biasanya, mungkin karena bukan weekend.
Karena hari sudah malam, maka aku memutuskan untuk meminta sepupuku menjemputku di Stasiun Purwosari saja. Sesampainya di rumah Pakdeku, aku menelepon mamaku, tetapi ternyata beliau tidak bersedia menjemputku malam itu juga karena hari sudah malam, sehingga aku terpaksa menginap di rumah Pakdeku. Walaupun niat tulusku untuk menikmati laptop baru bersama kedua adikku tertunda, tetapi aku masih bisa ber-euphoria bersama sepupuku.
Oh, wahai laptop baruku… semoga engkau selalu setia menemani langkahku… semoga engkau selalu dalam keadaan sehat wal afiat agar tugas-tugas yang kukerjakan bersamamu senantiasa terselesaikan dengan baik… amin….!
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS