Pages

Liburan ke Bandung (Part 2)

Jumat, 05 Februari 2010

Ini nih kelanjutan petualangan Fatikong di Bandung... Check this out!


Sabtu (Hari ketiga)


Karena weekend, jadi hari itu kam jalan-jalan ditemani Teh Puput. Kami berangkat ke daerah Braga, kawasan bangunan-bangunan kuno yang sering di pakai untuk berfoto. Bahkan saat kami di sana, kami bertemu pasangan yang akan mengambil gambar untuk foto pre wedding. Di tempat itu, jalan raya terlihat berbeda karena tidak terbuat dari aspal, melainkan dari batako. Suasananya seperti di kota-kota di kawasan Eropa, karena bangunan-bangunan kuno di sana berarsitektur Eropa.


Kami sempat tersesat sewaktu akan melanjutkan perjalanan ke Pasar Baru. Kemudian kami bertanya kepada seorang pembuat plat nomor kendaraan yang mangkal di daerah itu. Dan kami malah menemukan sebuah masjid yang cukup besar dan ramai di kawasan Jalan Asia Afrika. Kami memutuskan untuk mampir dan sholat dhuhur di masjid itu. Tetapi kami lupa tidak memperhatikan nama masjidnya, mungkin semacam masjid Agung di daerah Solo. Selanjutnya kami tersesat lagi dan berjalan begitu jauh dan menemukan Pasar Baru secara tidak sengaja. Saat itu kami tidak bertanya, hanya mengikuti kata hati saja, hahay…


Sebelum berbelanja, kami makan di dekat Alfamart di depan Pasar Baru. Kami memesan tiga mangkuk mie bakso yang ternyata rasanya sangat asin dan mahal, Rp 10.000,00 per porsinya. Kami sengaja tidak memesan minum karena sudah membawa air putih sendiri. Kalau kami beli minum, pasti mahal juga…


Kami selesai berbelanja sekitar pukul setengah lima sore. Yang paling heboh berbelanja hari itu adalah Lulu, karena ia membeli sebuah tas, banyak baju untuk keluarganya di rumah, dan gantungan kunci. Teh Puput hanya membeli sebuah atasan berwarna biru tua. Aku sendiri hanya membeli sebuah baju berwarna ungu dan dua stel kaos bertuliskan Bandung untuk kedua keponakanku tersayang, Chelsea dan Adli.


Malam harinya kuhabiskan dengan bercerita bersama Teh Puput karena Lulu sudah lebih dahulu terlelap. Mungkin ia kecapaian setelah seharian berbelanja.



Minggu (Hari Keempat)


Kami tidak ingin melewatkan hari terakhir di Bandung begitu saja. Hari itu kami harus berkeliling berdua saja, karena walaupun weekend, semuanya sudah mempunyai kesibukan masing-masing. Za masih mengurus temannya yang sedang sakit. Zi dari semalam tidak pulang karena ada palantikan KPA di Lembang. Teh Puput juga harus ke kampus karena ada latihan pemrograman untuk persiapan lombanya. Kami bersyukur salak yang kami bawa sebagai oleh-oleh kemarin ternyata sudah habis, jadi tidak terbuang sia-sia. Hebat juga nafsu makan anak-anak ITB ya, heheu…


Pukul sembilan pagi, kami bersama Icha menuju ke Lapangan Gasibu karena di sana ada pasar tiban setiap hari Minggu, seperti Sunday Morning (Sunmor) di sekitar kampus UGM di Jogja. Tetapi Icha hanya menemani sampai kami turun dari angkot Riung Dago karena dia ada acara di Unpad. Kami tidak mengelilingi seluruh Gasibu karena suasananya sangat ramai. Sekitar satu jam kemudian kami kembali naik angkot menuju perempatan Simpang untuk melanjutkan perjalanan ke Curug Dago.


Setelah turun dari angkot jurusan Coroyom yang kami tumpangi, kami naik angkot Kalapa Dago. Kami tidak tahu di mana tempat Curug Dago. Tiba-tiba saja angkot sudah sampai di pemberhentian terakhir di Terminal Dago. Di sana banyak tukang ojek mangkal yang menawarkan jasanya untuk mengantar ke CUrug Dago, tetapi kami memilih jalan kaki menuju salah satu tempat yang ditujukan oleh seorang ibu yang kami tanyai. Setelah berjalan cukup jauh dan merasa lelah, kami mulai merasa kalau kami tersesat untuk kesekian kalinya. Akhirnya kami bertanya kepada seorang bapak yang kebetulan sedang berada di dekat kami beristirahat.


Benar saja, ternyata kami sudah berjalan terlalu jauh dan kami harus berjalan kembali lagi. Untung saja jalan kembali berupa jalan turun, sehingga kami tidak terlalu capai dibuatnya. Ternyata letak Curug Dago tidak terlalu jauh, berada di kompleks Taman Hutan Raya (Tahura) Dago. Di sana ada beberapa prasasti dari Taiwan yang terletak di tepi air terjun. Mungkin karena musim hujan, air terjunnya berwarna coklat saat kami berkunjung. Tidak ada banyak orang saat itu, hanya beberapa petugas yang sedang membersihakn Tahura dan orang-orang yang sedang berkumpul di Pos Penjagaan. Pengunjung lain yang kami temui adalah sekeluarga Bule bersama anjing mereka dan siswa-siswa SMA yang sedang mengadakan semacam diklat.


Yang membuat perhatian kami sedikit tersita adalah ketika kami melihat rombongan keluarga bule itu yang hanya terdiri dari seorang ayah dan ketiga anaknya yang masih balita tanpa ibu. Anak pertama perempuan sekitar umur 4 atau lima tahun. Adiknya laki-laki mungkin berumur dua setengah tahun. Si bungsu yang masih berumur sekitar satu tahun atau lebih berada di gendongan ayahnya. Yang lebih mengerikan adalah anjing mereka yang lebih besar dari pada anak-anak itu. Saat kami berpapasan dengan mereka di tangga kecil curam dan licin, aku sampai tidak berani bergerak karena takut dengan anjing mereka. Hebatnya kedua balita itu bisa menempuh perjalanan tanpa bantuan sang ayah dan tidak takut melewati jalanan yang terjal dan kotor itu.


Setelah cukup beristirahat dan tentu saja berfoto-foto narsis di sana, kami melanjutkan perjalanan ke Bandung Indah Plaza. Hari itu hujan turun tetapi tidak begitu deras, namun tetap saja kami butuh memakai payung yang kami bawa. Di BIP kami berkeliling sampai lantai paling atas di food court. Sebenarnya kami hanya ingin mencoba melihat suasana mall di sana dan tidak berniat berbelanja. Namun, aku tergoda untuk membeli sandal Yongki Komaladi yang sedang diskon di Matahari, heheu…


Untuk makan siang, kami menyeberang jalan menuju Hoka – Hoka Bento. Maklum, di Jogja atau di Solo kan tidak ada, jadi kami ingin sekali mencobanya. Karena harganya relative mahal, jadi kami hanya memesan paket hemat saja dan sekotak Teh Botol. Walaupun kelihatannya porsi yang kami beli sedikit, tetapi ternyata membuat kami sangat kenyang, sehingga kami harus berjuang untuk menghabiskannya. Lagi-lagi berhubung Hokben tidak ada di Jogja atau Solo jadi tidak kami tidak mau rugi, heheu…


Sekitar pukul 3 sore kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Simpang. Lulu ingin membeli makanan untuk oleh-oleh. Karena hari sudah sore, banyak penjual yang sudah tutup, jadi kami harus menyusuri sepanjang emperan took di pasar itu untuk menemukan took yang menjual makanan yang pantas untuk dijadikan sebagai buah tangan. Kami menemukan sebuah took di deretan timur. Hanya Lulu yang berbelanja dan karena aku tidak begitu tertarik untuk menjadi anak bain hati yang membawakan oleh-oleh untuk keluargaku di Solo. Hahay…


Sisa uangku malah kuhabiskan untuk membeli dua pasang sandal pesanan Mbak Puput, kembarannya Teh Puput yang satu kost denganku di Jogja. Sebenarnya Teh Puput yang kebagian jatah membelikannya, tetapi karena ia sibuk maka aku dengan suka rela menggantikan tugasnya, hitung-hitung membalas jasa karena ia sudah mau kurepotkan selama aku di Bandung, heheu…


Aku agak tidak enak kepada seorang bapak penjual sandal di Pasar Simpang tersebut karena sudah merepotkan dan mencoba berbagai model sandal dan sepatu yang beliau jual, tetapi tidak jadi membeli karena memang tidak ada yang cocok. Maafkan kami ya Pak… Semoga dagangan Bapak laris, walaupun kemarin kami tidak jadi membeli, amin…


Sekitar pukul lima sore kami sampai di asrama. Zi sudah ada di asrama. Ia sedang tidur dengan pulasnya sehingga kami tidak berani membangunkannya.Setelah sholat asar, mandi dan istirahat sebentar, kami memasak mie goreng instan untuk bekal selama di perjalanan. Kami sengaja membawa bekal lagi karena tidak ingin jajan di dalam kereta yang pasti harganya lebih mahal.


Menjelang isya, kami sudah selesai packing dan Zi sudah dibangunkan oleh Icha dan Gagas, jadi kami bisa berpamitan padanya. Sekitar pukul 7 lebih kami diantar Teh Puput ke ujung jalan untuk menunggu angkot ke stasiun. Kami tidak tega memintanya untuk mengantarkan sampai ke stasiun, karena ia baru saja pulang dari kampus dan pasti capai sekali. Angkot jurusan Stasion – Dago tidak muncul juga, yang ada hanya Kalapa – Dago. Kami sangat khawatir akan tertinggal oleh Kereta Lodaya, maka aku mengirim sms kepada Zi untuk mengantar kami ke stasiun. Begitu sms terkirim malah angkotnya lewat, jadi kami harus permintaan kepada Zi, syukurlah walaupun jalanan macet kami tetap dapat sampai di Stasiun Bandung tepat waktu dan ternyata KA Lodaya Malam yang akan kami tumpangi juga baru saja datang.


Di awal perjalanan, kami menikmati indahnya pemandagan lampu-lampu di kota Bandung. Mungkin semacam Bukit Bintang di Jogja, aku sendiri belum pernah ke sana. Selama perjalanan, kami tidak bisa tidur nyenyak karena terganggu oleh suara tangisan seorang balita yang sedang rewel. Sepanjang malam ia terus saja menangis, entah berapa liter air mata yang sudah dikeluarkannya. Menjelang shubuh, kereta sampai di Stasiun Tugu Jogja dan Lulu turun, tinggal aku sendiri melanjutkan perjalanan ke pemberhentian terakhir di Stasiun Balapan Solo.


Aku sampai di sana sekitar pukul 5 lebih dan tergesa mencari mushola untuk sholat shubuh. Ternyata mushola yang ada sangat tidak layak. Sangat berbeda dengan toiletnya yang lumayan bersih dan wangi untuk ukuran tempat umum. Dari stasiun aku dijemput Mamahku yang sekalian mengantar Isal ke sekolah. Walaupun kecapaian, aku senang dengan petualanganku itu. ^_^


Harusnya aku menyertakan beberapa foto untuk menambah greget di tulisan ini, tetapi karena foto-foto yang aku punya masih di hand phone dan aku belum sempat memindahkannya ke laptop, maka foto-fotonya menyusul dan di fb aja ya, heheu… ^_^

4 komentar:

  1. Awesome stories!
    Made me a lil bit regretful to decline your invitation hehehehehehe

    BalasHapus
  2. thanks sayang, hehehe...
    iya On, coba km juga ikut, pasti bakal lebih seru deh!

    BalasHapus
  3. Mendingan heboh di Pasar Baru lagi,daripada hebohnya di Matahari..Haha...

    BalasHapus
  4. eh biarin ye... kapan lagi bs dpt yongki komaladi special price? haha...

    BalasHapus

Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS