Aku sangat bersyukur kepada-Nya karena telah mempertemukanku kembali denganmu. Aku juga berterima kasih kepadamu atas semuanya. Semua yang telah kau lakukan. Kau membuatku bisa merasa hidup kembali. Kaulah semangatku.
Mungkin aku sedikit berlebihan dalam menuliskannya. Tetapi hati kecilku mengatakan bahwa inilah awal dari segalanya. Inilah awal sesuatu yang serius dalam hidupku. Perjalanan hatiku baru dimulai sekarang. Bukan tahun lalu, saat aku menyukai seseorang yang ternyata tidak benar-benar kuinginkan. Diam-diam aku bersyukur mengetahui keadaan sekarang bahwa kami bukanlah siapa-siapa untuk satu sama lain. Bukan juga saat aku masih duduk di bangku SMA, di mana aku merasa menyukai seorang teman yang ternyata sudah ada yang memiliki. Bahkan bukan juga saat aku SMP, saat aku merasa menyukaimu untuk pertama kalinya.
Perasaan itu memang masih ada sampai sekarang. Namun, dalam bentuk yang berbeda. Bukan lagi cinta monyet yang akan terasa konyol dan membuatku tersenyum sendiri karena geli ketika mengingatnya. Ini adalah sesuatu yang lebih bermakna dari apapun yang pernah terjadi sebelumnya.
Awalnya, aku tidak ingin membahas ini secara serius dan ingin menganggapnya sebagai angin lalu saja. Tetapi, pertanyaanmu di awal pertemuan kita pada pertengahan tahun lalu telah mengusik perhatianku. Aku yang sekitar satu tahun sebelumnya merasa telah mati rasa dan tidak berminat berurusan dengan hati dan perasaan, seperti mendadak terbangun dari tidur panjang. Aku kembali bertanya pada hati dan perasaanku sendiri, masihkah mereka hidup? Masihkah mereka mau berfungsi dengan normal untuk merasakan emosi-emosi ter tentu?
Syukurlah, mereka masih hidup, dan tampaknya mereka masih bisa berfungsi dengan baik. Dan jadilah seperti ini, seperti yang kau lihat dan kau tahu sekarang. Aku masih menyukaimu, walaupun menurutku perasaanku ini berbeda versi dengan perasaanku yang dulu pernah ada untukmu. Tetapi, jawabannya tetap aku menyukaimu.
Namun sepertinya, takdir berkehendak lain. Kau yang sekarang malah menjadi orang yang sangat sibuk mengejar cita-cita dan impianmu sampai urusan hati dan perasaan sama sekali tidak menjadi prioritasmu. Karena aku ingin menyayangimu apa adanya, maka aku berusaha untuk mengerti dan mendukungmu. Kalau dipikir-pikir, toh juga tidak akan ada gunanya jika kita bersatu sekarang (dengan asumsi bahwa perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, heheu…).
Selama ini, setengah tahu lebih dari pertemuan kembali kita, menurutku aku masih bisa memegang semua kata-katamu dan tidak ada alasan untukku menolak mempercayaimu. Ini semua membawaku pada sebuah kesadaran, bahwa seharusnya aku melakukan hal yang sama. Mengejar cita-cita dan impianku sendiri, sebelum memikirkan untuk bersamamu.
Kau benar, aku punya teman-teman yang baik dan menyenangkan. Jadi aku harus menikmati hidupku sendiri saat ini, seperti yang sedang kau lakukan di sana. Selama ini aku bukannya tidak menikmati kebersamaanku bersama teman dan keluargaku, aku menikmatinya. Sangat menikmatinya. Tetapi, mungkin saja aku terlalu sering memikirkanmu dan mengkhawatirkan keadaanmu di sana, sehingga itu mengurangi kebahagiaan yang kurasakan jika sedang bersama orang-orang di sekelilingku.
Maka, mulai sekarang, aku merasa aku akan dapat lebih berbahagia dan menikmati hidupku sendiri di sini. Mata kuliah di semester depan sepertinya juga akan lebih banyak menyita perhatian sehingga aku tidak akan kekurangan bahan untuk dipikirkan, heheu…
Untukmu yang jauh di sana, aku berterimakasih atas semuanyanya. Aku kembali bisa lebih bersemangat dalam menghadapi hari-hariku, dan yang paling penting, aku bisa lebih menikmatinya sekarang! ^_^
Aku memang tidak tahu bagaimana perasaanmu terhadapku. Aku memang tidak tahu apa saja yang ada di benakmu tentangku. Aku memang tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan kita ke depan. Itu semua tergantung kepadamu. Jika kau berkenan untuk membagi cerita-ceritamu, aku pasti akan mencoba menjadi pendengar yang baik.
Maaf kemarin aku tidak begitu menyahut tentang ceritamu selama liburan, tentang konser dan sebagainya. Walaupun begitu, percayalah, aku sebenarnya telah mendengarkan dengan baik dan tertarik dengan kelanjutannya. Tetapi, karena manajemen emosiku yang buruk, jadi aku tidak bisa melisankan tanggapanku dan lagi-lagi hanya terucap di dalam hati saja.
Tolong jangan pernah sungkan untuk berbagi cerita apapun denganku. Karena selama ini aku merasa kau mengetahui begitu banyak tentangku dan seakan bisa mengerti apa yang kuinginkan tetapi aku merasakan sebaliknya terhadapmu, aku merasa buta dan tak tahu apa-apa tentangmu. Mungkin selama ini aku yang terlalu aktif bercerita tentang diri sendiri atau memang kau begitu mengenalku sehingga dapat mengerti yang apa yang kuinginkan.
Tolong jangan jadikan semua ini hanya berjalan satu arah saja, karena aku juga ingin mengerti dirimu. Meskipun jika suatu saat nanti takdir tidak mempersatukan kita (itu akan menjadi kenyataan terburuk dalam hidupku, tetapi aku selalu berdoa agar aku bisa menghadapi dan mengatasinya jika memang benar-benar terjadi), tidak ada salahnya kan kalau kita tetap mengerti satu sama lain sebagai teman? Toh kita sudah saling mengenal dan berteman sejak beberapa tahun yang lalu kan? Heheu…
Sekali lagi, terima kasih untukmu… Semoga semuanya akan terasa indah pada waktunya, amin…
O ya, tulisan ini dibuat di malam minggu, saat aku baru menonton film “The Secret” selama baru sekitar 34 menit dan aku mulai merasakan kantuk sekaligus terinspirasi, jadi sebelum semangat untuk menulis lenyap bersama kantuk yang melanda, aku pikir lebih baik jika langsung direalisasikan saja. Happy Saturday Night… ^_^
Mungkin aku sedikit berlebihan dalam menuliskannya. Tetapi hati kecilku mengatakan bahwa inilah awal dari segalanya. Inilah awal sesuatu yang serius dalam hidupku. Perjalanan hatiku baru dimulai sekarang. Bukan tahun lalu, saat aku menyukai seseorang yang ternyata tidak benar-benar kuinginkan. Diam-diam aku bersyukur mengetahui keadaan sekarang bahwa kami bukanlah siapa-siapa untuk satu sama lain. Bukan juga saat aku masih duduk di bangku SMA, di mana aku merasa menyukai seorang teman yang ternyata sudah ada yang memiliki. Bahkan bukan juga saat aku SMP, saat aku merasa menyukaimu untuk pertama kalinya.
Perasaan itu memang masih ada sampai sekarang. Namun, dalam bentuk yang berbeda. Bukan lagi cinta monyet yang akan terasa konyol dan membuatku tersenyum sendiri karena geli ketika mengingatnya. Ini adalah sesuatu yang lebih bermakna dari apapun yang pernah terjadi sebelumnya.
Awalnya, aku tidak ingin membahas ini secara serius dan ingin menganggapnya sebagai angin lalu saja. Tetapi, pertanyaanmu di awal pertemuan kita pada pertengahan tahun lalu telah mengusik perhatianku. Aku yang sekitar satu tahun sebelumnya merasa telah mati rasa dan tidak berminat berurusan dengan hati dan perasaan, seperti mendadak terbangun dari tidur panjang. Aku kembali bertanya pada hati dan perasaanku sendiri, masihkah mereka hidup? Masihkah mereka mau berfungsi dengan normal untuk merasakan emosi-emosi ter tentu?
Syukurlah, mereka masih hidup, dan tampaknya mereka masih bisa berfungsi dengan baik. Dan jadilah seperti ini, seperti yang kau lihat dan kau tahu sekarang. Aku masih menyukaimu, walaupun menurutku perasaanku ini berbeda versi dengan perasaanku yang dulu pernah ada untukmu. Tetapi, jawabannya tetap aku menyukaimu.
Namun sepertinya, takdir berkehendak lain. Kau yang sekarang malah menjadi orang yang sangat sibuk mengejar cita-cita dan impianmu sampai urusan hati dan perasaan sama sekali tidak menjadi prioritasmu. Karena aku ingin menyayangimu apa adanya, maka aku berusaha untuk mengerti dan mendukungmu. Kalau dipikir-pikir, toh juga tidak akan ada gunanya jika kita bersatu sekarang (dengan asumsi bahwa perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, heheu…).
Selama ini, setengah tahu lebih dari pertemuan kembali kita, menurutku aku masih bisa memegang semua kata-katamu dan tidak ada alasan untukku menolak mempercayaimu. Ini semua membawaku pada sebuah kesadaran, bahwa seharusnya aku melakukan hal yang sama. Mengejar cita-cita dan impianku sendiri, sebelum memikirkan untuk bersamamu.
Kau benar, aku punya teman-teman yang baik dan menyenangkan. Jadi aku harus menikmati hidupku sendiri saat ini, seperti yang sedang kau lakukan di sana. Selama ini aku bukannya tidak menikmati kebersamaanku bersama teman dan keluargaku, aku menikmatinya. Sangat menikmatinya. Tetapi, mungkin saja aku terlalu sering memikirkanmu dan mengkhawatirkan keadaanmu di sana, sehingga itu mengurangi kebahagiaan yang kurasakan jika sedang bersama orang-orang di sekelilingku.
Maka, mulai sekarang, aku merasa aku akan dapat lebih berbahagia dan menikmati hidupku sendiri di sini. Mata kuliah di semester depan sepertinya juga akan lebih banyak menyita perhatian sehingga aku tidak akan kekurangan bahan untuk dipikirkan, heheu…
Untukmu yang jauh di sana, aku berterimakasih atas semuanyanya. Aku kembali bisa lebih bersemangat dalam menghadapi hari-hariku, dan yang paling penting, aku bisa lebih menikmatinya sekarang! ^_^
Aku memang tidak tahu bagaimana perasaanmu terhadapku. Aku memang tidak tahu apa saja yang ada di benakmu tentangku. Aku memang tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan kita ke depan. Itu semua tergantung kepadamu. Jika kau berkenan untuk membagi cerita-ceritamu, aku pasti akan mencoba menjadi pendengar yang baik.
Maaf kemarin aku tidak begitu menyahut tentang ceritamu selama liburan, tentang konser dan sebagainya. Walaupun begitu, percayalah, aku sebenarnya telah mendengarkan dengan baik dan tertarik dengan kelanjutannya. Tetapi, karena manajemen emosiku yang buruk, jadi aku tidak bisa melisankan tanggapanku dan lagi-lagi hanya terucap di dalam hati saja.
Tolong jangan pernah sungkan untuk berbagi cerita apapun denganku. Karena selama ini aku merasa kau mengetahui begitu banyak tentangku dan seakan bisa mengerti apa yang kuinginkan tetapi aku merasakan sebaliknya terhadapmu, aku merasa buta dan tak tahu apa-apa tentangmu. Mungkin selama ini aku yang terlalu aktif bercerita tentang diri sendiri atau memang kau begitu mengenalku sehingga dapat mengerti yang apa yang kuinginkan.
Tolong jangan jadikan semua ini hanya berjalan satu arah saja, karena aku juga ingin mengerti dirimu. Meskipun jika suatu saat nanti takdir tidak mempersatukan kita (itu akan menjadi kenyataan terburuk dalam hidupku, tetapi aku selalu berdoa agar aku bisa menghadapi dan mengatasinya jika memang benar-benar terjadi), tidak ada salahnya kan kalau kita tetap mengerti satu sama lain sebagai teman? Toh kita sudah saling mengenal dan berteman sejak beberapa tahun yang lalu kan? Heheu…
Sekali lagi, terima kasih untukmu… Semoga semuanya akan terasa indah pada waktunya, amin…
O ya, tulisan ini dibuat di malam minggu, saat aku baru menonton film “The Secret” selama baru sekitar 34 menit dan aku mulai merasakan kantuk sekaligus terinspirasi, jadi sebelum semangat untuk menulis lenyap bersama kantuk yang melanda, aku pikir lebih baik jika langsung direalisasikan saja. Happy Saturday Night… ^_^
No one can say anything about this posting, huh?
BalasHapusU really make us speechless.
Anyway, do enjoy your life!
\(^,^)/
hua... thx mam..
BalasHapusSeandainya dia baca postingan kamu ni gimana ya kira-kira reaksinya? hehe ...
BalasHapusHalo halo! Mampir di blogku ya! ^^
wew, akhirnya ada pengunjung lain, makasii yaa...
BalasHapusseandainya dy baca ini, mgkn dy gak akan mendekati junior di marching band nya itu, hohow..
oke2, ini saya juga sedang mampir d tempatmu kok! ^^