"Jika Anda mencintai seseorang, biarkan ia pergi. Jika ia kembali, ia selamanya milik Anda."
(Anonim)
(Anonim)
Masih bisa dibaca dengan jelas bahwa terakhir kali aku membuat postingan pada tanggal 7 Februari 2010, sebulan yang lalu. Saat itu tepat seminggu aku pulang dari Bandung. Masih begitu jelas lukisan kebahagiaan yang kurasakan saat itu. Siapa sangka, ternyata semuanya tak bertahan lama. Di postingan ini ceritaku akan bertolak belakang dengan yang sebelumnya.
Ternyata, kamu yang di sana telah mempunyai seseorang yang lain. Walaupun kalian juga belum resmi sebagai pasangan, tetapi yang jelas saat ini kamu menyukainya kan? Satu fakta itu cukup untuk membuatku membuatku down. Merasa kecewa, sakit hati, dikhianati, dan banyak ungkapan kesediahan lainnya yang tak bisa kuingat satu per satu sekarang. Kamu tidak menepati perkataanmu sendiri dan membuatku (lagi-lagi) menangisimu.
Menurutku dia lumayan cantik. Dan sepertinya juga anak yang baik. Kalau itu pilihanmu, lakukanlah. Sebagai pihak yang kalah, aku akan mencoba berlapang dada, sebisaku.
Aku tak ingin menagisimu. Lebih tepatnya, aku tak ingin menangis. Karena menangis akan membuat penyakit bronkhitisku kambuh. Paru-paruku akan memproduksi flek yang lebih banyak lagi. Itu membuatku susah bernapas. Dan jika aku tak bisa mengendalikannya, sudah bisa dipastikan aku harus masuk UGD lagi dan berakhir dengan berbagai selang di tubuhku.
Aku tak mau itu terjadi. Bukan apa-apa, aku hanya tak ingin membebani orang-orang di sekitarku jika aku sakit. Terutama orangtuaku, mereka sudah terlalu sering membuang uang demi membuatku bertahan hidup.
Dan sekarang aku di sini. Di Jogja. Sendiri di kamar kost dan merasakan beban yang luar biasa. Awalnya memang aku sempat sesak napas, tetapi alhamdulillah aku bisa mengatasinya sendiri dan itu tidak berlanjut. Yang masih kurasakan sekarang hanya sedikit nyeri di paru-paru dan agak susah bernapas. Yang penting aku tidak opname di rumah sakit.
Aku tidak tahu apa yang ada di benakmu sekarang tentang aku, dia, kita, semuanya. Satu hal yang pasti, aku akan mencoba pergi darimu. Tak ada gunanya terus menyesali semua yang telah terjadi dan hanya berjalan di tempat. Masih banyak yang bisa kulakukan untuk bangkit kembali. Yang terpenting, aku masih mempunyai orang-orang yang dengan tulus menyayangiku. Keluargaku, sahabat-sahabatku dan teman-temanku...
Aku tak akan berkomentar lagi tentang kisah cinta atau apapun itu. Setidaknya bukan sekarang. Sepertinya aku juga tidak akan lantas mencari orang lain untuk disukai begitu saja. Karena selama ini yang kulakukan adalah mencari pendamping hidup, bukan pacar yang sifatnya hanya sementara. Dan menurutku kamu belum siap untuk itu. Jadi, silakan menikmati hidupmu. Menikmati waktumu bersamanya di sana.
Percayalah, aku akan baik-baik saja. Ini bukan pertama kalinya kan? Aku sudah terlatih untuk menjadi wanita yang kuat dan harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan dalam hidup, tak terkecuali hanya untuk (lagi-lagi) patah hati seperti ini. Semoga kita semua bahagia. ^_^
Ternyata, kamu yang di sana telah mempunyai seseorang yang lain. Walaupun kalian juga belum resmi sebagai pasangan, tetapi yang jelas saat ini kamu menyukainya kan? Satu fakta itu cukup untuk membuatku membuatku down. Merasa kecewa, sakit hati, dikhianati, dan banyak ungkapan kesediahan lainnya yang tak bisa kuingat satu per satu sekarang. Kamu tidak menepati perkataanmu sendiri dan membuatku (lagi-lagi) menangisimu.
Menurutku dia lumayan cantik. Dan sepertinya juga anak yang baik. Kalau itu pilihanmu, lakukanlah. Sebagai pihak yang kalah, aku akan mencoba berlapang dada, sebisaku.
Aku tak ingin menagisimu. Lebih tepatnya, aku tak ingin menangis. Karena menangis akan membuat penyakit bronkhitisku kambuh. Paru-paruku akan memproduksi flek yang lebih banyak lagi. Itu membuatku susah bernapas. Dan jika aku tak bisa mengendalikannya, sudah bisa dipastikan aku harus masuk UGD lagi dan berakhir dengan berbagai selang di tubuhku.
Aku tak mau itu terjadi. Bukan apa-apa, aku hanya tak ingin membebani orang-orang di sekitarku jika aku sakit. Terutama orangtuaku, mereka sudah terlalu sering membuang uang demi membuatku bertahan hidup.
Dan sekarang aku di sini. Di Jogja. Sendiri di kamar kost dan merasakan beban yang luar biasa. Awalnya memang aku sempat sesak napas, tetapi alhamdulillah aku bisa mengatasinya sendiri dan itu tidak berlanjut. Yang masih kurasakan sekarang hanya sedikit nyeri di paru-paru dan agak susah bernapas. Yang penting aku tidak opname di rumah sakit.
Aku tidak tahu apa yang ada di benakmu sekarang tentang aku, dia, kita, semuanya. Satu hal yang pasti, aku akan mencoba pergi darimu. Tak ada gunanya terus menyesali semua yang telah terjadi dan hanya berjalan di tempat. Masih banyak yang bisa kulakukan untuk bangkit kembali. Yang terpenting, aku masih mempunyai orang-orang yang dengan tulus menyayangiku. Keluargaku, sahabat-sahabatku dan teman-temanku...
Aku tak akan berkomentar lagi tentang kisah cinta atau apapun itu. Setidaknya bukan sekarang. Sepertinya aku juga tidak akan lantas mencari orang lain untuk disukai begitu saja. Karena selama ini yang kulakukan adalah mencari pendamping hidup, bukan pacar yang sifatnya hanya sementara. Dan menurutku kamu belum siap untuk itu. Jadi, silakan menikmati hidupmu. Menikmati waktumu bersamanya di sana.
Percayalah, aku akan baik-baik saja. Ini bukan pertama kalinya kan? Aku sudah terlatih untuk menjadi wanita yang kuat dan harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan dalam hidup, tak terkecuali hanya untuk (lagi-lagi) patah hati seperti ini. Semoga kita semua bahagia. ^_^
...mungkin kamu emang tak pantas untuk ku,atau tak bisa membalas cintaku,ataupun bukan jodohku....,dan ku akan menerimanya dengan ikhlas....,karna ku percaya ALLAH SWT akan memberikan jodoh untuk ku yang lebih segalanya darimu...
BalasHapus{ kta2 na menyentuh banget...mungkin penuh keikhlasan... b(^^)d }
Fatikong, kau tidak boleh sakit...
BalasHapusTetep semangat ya. Tetep bahagia bersama Spinpop.
^___^
Cobalah untuk lebih stabil..
BalasHapusJangan sebentar meledak abis itu kembali semangat untuk berkutat lagi dengannya.
Ada hal lain yang lebih pantas untuk diprioritaskan.