Awal pekan
lalu, aku dan Lulu makan di Nasi Bakar Wirobrajan. Penasaran aja gimana
rasanya, karena banyak yang bilang nasi bakarnya enak, dan kebetulan dia muncul
di deal diskonnya diskon.com, website dimana kami mencari sesuatu yang baru
untuk dicoba dengan kantong seadanya. :D
Kesan
pertama, sorry to say, tapi emang
begitu adanya, adalah jorok! Kami tiba saat tempatnya sepi, tidak ada
pengunjung lain, tapi masih ada sisa makanan di meja yang akan kami tempati.
Kemana aja pegawainya? Magabut? Kalaupun mereka nyantai karena lagi sepi gak
ada customer, mbok ya itu meja-meja dirapihin dulu. Masa harus nunggu ada tamu
dulu baru diberesin, bahkan kami yang meminta buat dibersihin. Apa mungkin
emang sengaja gak dibersihin dulu, nunggu ada yang datang dan seakan bilang
“ini lho tempat makan kami, walaupun saat Anda datang terlihat sepi, tapi tadi
ada yang makan disini. Berarti laku, berarti enak”. Astaghfirullah, suudzon
banget kan jadinya…
Kemudian kami
memesan menu dengan memberitahu sebelumnya kalau kami memakai voucher yang dari
diskon itu. Setelah ngobrol ngalor ngidul dan satu per satu meja di sekitar
kami jadi penuh, kami menyadari sesuatu; pelayanannya LAMA banget! Kami menengok
ke bagian dapur, dan melihat mas-mas karyawan yang berjumlah sekitar 5 orang
itu malah asyik ngobrol dan bercanda satu sama lain. Kami kan jadi berasa
tambah ilfeel ya, ini mas-mas pada niat kerja gak sih, kok gak berasa banget
kalau pada ditungguin sama para pelanggannya. Bahkan, sepasang kekasih yang
datangnya tepat setelah kami, masih belum mendapat makanan waktu kami sudah
selesai makan. Parahnyaaaa...!
Waktu itu,
kami mendapat titipan dari teman kos yang minta dibungkusin makan malam. Pas
Lulu manggil mas-mas yang sudah selesai melayani meja lain, eh, boro-boro
mendekat, masnya malah berlalu begitu saja seakan tak mendengar. Panggilan
kedua ditujukan kepada karyawan lain baru mereka ngeh. Itupun tak luput bikin
sebel juga. Pasalnya, waktu kami pesan mau mbungkus makanan malah dibilangin,
“mbaknya kan pakai voucher, itu kan dine
in only mbak, jadi gak bisa dibawa pulang”. Kami bilang, “iya mas, itu
nanti kita bayar sendiri.”
FYI aja sih.
Kami bukan orang baru ya didunia pervoucherdiskonan
kayak gini. Kita paham betul aturan mainnya, makanya pas pesen menu dine in ini
sudah disesuaikan sama kuotanya. Semacam ogah rugi gitu, harus totalnya ngepas.
Jadi kalau pun kita mau membungkus untuk orang rumah, ya kita tahu harus bayar
sendiri dengan harga regular sesuai yang berlaku di tempat itu.
Kami merasa
pesanan kami yang baru bakal lama, secara dipesan setelah semua pesanan lain.
Kami mulai berpikir, apakah sebaiknya kami tunggu, atau kami tinggal sholat
dahulu, karena adzan maghrib sudah berkumandang sedari tadi. Akhirnya kami
samperin mas-mas di dapur, dan Alhamdulillah pesanan kami sudah siap, tinggal
dibungkus. Itu berarti kami bisa mengejar waktu maghrib yang akan segera habis.
Eh, ada masalah lagi dong ya… Mas-mas yang di kasir bilang sisa uang kembalian
dari voucher diskon tidak dapat diuangkan. Oke, sudah kami iyakan. Tiba saat pembayaran
makanan yang dibungkus, dia bilang seharusnya nggak bisa, karena kita tadi pake
voucher. Lah, padahal kan kita emang juga mau bayar sendiri itu pesenannya. Aku
lupa gimana persisnya, intinya masnya itu menekankan bahwasanya kami sebenarnya
nggak bisa pesen makanan yang dibungkus bareng sama makan pake voucher. Kalau
masnya pinter kan tinggal dibikinin nota baru aja ya buat pesanan yang
dibungkus itu. Ini kok malah ngajakin pelanggan buat berdebat. Akhirnya kami
bilang, “terserah masnya aja deh” sambil membayar makanan itu.
Nasi bakar XO "arem-arem" |
Nasi bakar biasa. |
Kekecewaan
tentang pelayanan udah, sekarang kita bahas makanannya. Aku pesan nasi bakar
dengan lauk yang terpisah. Rasanya biasa saja, seperti nasi yang dibungkus daun
pisang. Penyajiannya juga Cuma diberi satu sendok tanpa garpu. Kebayang dong
gimana aku harus turun tangan buat menghabiskan ayam itu. Sambelnya juga
sedikit, aku yang nggak terlalu doyang sambel aja sampe merasa tidak puas.
Sedangkan temanku pesan nasi bakar kuali xo. Entah apa singkatan XO disini.
Bentuknya nasi yang telah dicampur dengan sambal disajikan dalam mangkuk yang
terbuat dari tanah liat. Rasanya seperti AREM-AREM! Persis! Menurutku, lebih
terasa enak nasi bakar yang ada di Jakal deh, soalnya disana emang dibakar di
pemanggangan kayak yang buat bikin sate itu. Lha disini aku lihat sendiri,
mbakarnya Cuma di atas kompor gas. Pantas saja tak terasa sedap sama sekali.
Sushi unyu :9 |
Dengan
ketidakpuasan yang maksimal, setelah sholat kami memutuskan menggenapkan isi
perut dengan mencoba “Tuanmuda Cafe” yang terletak di seberang jalan dari nasi
bakar marmos (marai emosi = bikin emosi) itu. Awalnya kami ingin pesan takoyaki
saja sebagai dessert, tapi sepertinya
perut kami masih muat juga kalau dikasih sushi. Lumayan memantapkan dengan 8
potongan dan rasa yang enak. Nasinya nggak mocar-macir kayak waktu nyobain di
Sushi Kali Lima di depan Galleria Mall itu.
Saiii tambah uploadan kuliner duung...ad bbrpa blog org yg suka kuliner bilangx enakkk...kya yg nasi wirobrajan ampyun rsax gak sesuai hrga bgt ganjel seper4an lambung q aj gag..gk enak pula.. :( pdhl asal bner2 enak bkin puas mau mhal dkit,,tp ayem diperuuut hehe
BalasHapusMakasih ya mbak Nurma, udah mau mampir di blogku.. :)
BalasHapusIyaa.. Buat penikmat kuliner sebenarnya yang paling penting rasa dan porsi, hihihi..
Insya Allah kapan2 aku tulisin lagi pengalaman maemku. Sekarang lagi belum selo, hehehehe..