Alkisah hiduplah seorang pemuda tanggung di
masa kini. Ia hidup bersama keluarga yang sangat menyanyanginya. Selepas
lulus sekolah menengah, sang ibu memintanya melanjutkan ke jenjang
diploma karena mengerti si anak tidak gemar membaca dan bergaul dengan
pelajaran teori.
Singkat cerita si anak diterima di jurusan teknik sebuah perguruan tinggi negeri melalui tes masuk. Sang ibu tentu sangat bangga. Anaknya yang hampir tak pernah belajar itu pun bisa diterima di PTN favorit di kota kecil mereka. Anak-anak lain mungkin harus menempuh berbagai macam tes sampai mengambil jalur swadaya agar dapat menuntut ilmu disana.
Rangkaian ospek pun dimulai. Si anak bersemangat mengikuti kegiatan tersebut sampai sepekan. Kemudian, mulailah kegiatan belajar mengajar. Baru melaluinya sehari, si anak pulang dengan muka masam dan mengatakan kepada ibunya bahwa ia tak mau melanjutkan lagi kuliah yang baru saja dimulai itu.
Betapa syok dan hancur hati sang ibu. Anak kesayangan yang diharapkan menjadi orang yang sukses dengan bekal pendidikan, malah memilih mundur dari jembatan menuju masa depan. Sang ibu sadar ia tak memiliki cukup uang untuk diwariskan kepada anaknya jika ia sudah tua dan tak mampu bekerja lagi nanti. Oleh karena itu ia mengusahakan membekali anak-anaknya dengan pendidikan agar si anak mampu bertahan hidup dengan ilmunya sendiri.
Kenyataan bahwa si anak tak mau melanjutkan kuliah hanya karena takut tugas-tugasnya akan lebih susah dibanding masa sekolah, sangat menghancurkan hati dan perasaan sang ibu. Dengan tangis dan pikiran yang berat, ia mencoba meminta sang anak untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, berapapun liter air mata sang ibu yang telah menetes dalam doa dan pintanya, si anak tetap bergeming pada pendiriannya.
Anehnya sewaktu ditanya apakah ada keinginan si anak terhadap sesuatu yang lain yang begitu besar sehingga membuatnya ingin berhenti menuntut ilmu, si anak tak mampu menjawab. Ia tak punya keinginan khusus dalam hidupnya. Ia tak punya cita-cita ingin menjadi seorang apa di masa depan. Ia hanya malas berusaha menggunakan akalnya untuk sedikit kesulitan dalam menuntut ilmu. Ia pemuda tanggung yang hidup tanpa impian.
*bersambung…
Singkat cerita si anak diterima di jurusan teknik sebuah perguruan tinggi negeri melalui tes masuk. Sang ibu tentu sangat bangga. Anaknya yang hampir tak pernah belajar itu pun bisa diterima di PTN favorit di kota kecil mereka. Anak-anak lain mungkin harus menempuh berbagai macam tes sampai mengambil jalur swadaya agar dapat menuntut ilmu disana.
Rangkaian ospek pun dimulai. Si anak bersemangat mengikuti kegiatan tersebut sampai sepekan. Kemudian, mulailah kegiatan belajar mengajar. Baru melaluinya sehari, si anak pulang dengan muka masam dan mengatakan kepada ibunya bahwa ia tak mau melanjutkan lagi kuliah yang baru saja dimulai itu.
Betapa syok dan hancur hati sang ibu. Anak kesayangan yang diharapkan menjadi orang yang sukses dengan bekal pendidikan, malah memilih mundur dari jembatan menuju masa depan. Sang ibu sadar ia tak memiliki cukup uang untuk diwariskan kepada anaknya jika ia sudah tua dan tak mampu bekerja lagi nanti. Oleh karena itu ia mengusahakan membekali anak-anaknya dengan pendidikan agar si anak mampu bertahan hidup dengan ilmunya sendiri.
Kenyataan bahwa si anak tak mau melanjutkan kuliah hanya karena takut tugas-tugasnya akan lebih susah dibanding masa sekolah, sangat menghancurkan hati dan perasaan sang ibu. Dengan tangis dan pikiran yang berat, ia mencoba meminta sang anak untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, berapapun liter air mata sang ibu yang telah menetes dalam doa dan pintanya, si anak tetap bergeming pada pendiriannya.
Anehnya sewaktu ditanya apakah ada keinginan si anak terhadap sesuatu yang lain yang begitu besar sehingga membuatnya ingin berhenti menuntut ilmu, si anak tak mampu menjawab. Ia tak punya keinginan khusus dalam hidupnya. Ia tak punya cita-cita ingin menjadi seorang apa di masa depan. Ia hanya malas berusaha menggunakan akalnya untuk sedikit kesulitan dalam menuntut ilmu. Ia pemuda tanggung yang hidup tanpa impian.
*bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)