Pages

Akhirnya ke Lembang Juga

Senin, 02 Januari 2017

Liburan akhir tahun 2016 memang sudah aku niatkan untuk mengunjungi tempat yang sejuk. Jatuhlah pilihanku pada Kota Bandung. Berhasil mengajak Mbak Puput yang dulu kuliah di ITB, membuatku merasa aman, paling nggak, nggak akan nyasar-nyasar amat lah ya, hahahaha.

Jumat malam, 23 Desember 2016, aku terbang dari Palu ke Jakarta. Sabtu pagi, aku janjian bertemu Mbak Puput di Stasiun Gambir, pukul 08.00 WIB. Kereta Argo Parahyangan membawa kami ke Kota Kembang dengan melewati beberapa stasiun, seperti Jatinegara, Bekasi, Purwakarta, dan Cimahi. Sesampainya di Stasiun Bandung, aku masih harus mengurus pembatalan tiket KA Malabar jurusan Bandung - Solo karena memutuskan untuk kembali ke Jakarta setelah selesai liburan di Bandung. 

Kami memesan Gocar dengan tarif Rp60.000,00 yang kemudian abang Gocarnya curhat kalau tarifnya terlalu murah dengan kondisi jalanan macet dan berujung pada minta tambahan seikhlasnya. Karena memang jauh dan macet, kami sampai harus melewati jalan alternatif, akhirnya kami bayar Rp75.000,00. Pun abangnya sempat menyarankan mengunduh aplikasi Grab karena dikhawatirkan gak akan ada Gokar yang standby di daerah Lembang yang jauh dari pusat kota itu.

Kami menginap di Seruni Guest House, di Jalan Maribaya, bisa jalan kaki dari objek wisata De Ranch. Malam harinya kami jalan kaki menyusuri Pasar Panorama Lembang, minum susu segar di Susu Murni Lembang dan makan ramen di Basmal Steak House. Sebenarnya masih lapar mata melihat banyak tempat makan di sepanjang jalan, tapi apa daya, perut sudah kenyang.
Ramainya Tangkuban Perahu

Lemu? Yoben :p
Minggu pagi kami hendak ke Tangkuban Perahu dengan naik angkot. Tetapi resepsionis penginapan menawarkan jasa sewa motor Rp100.000,00 saja. Katanya sih biasanya seratus lima puluh ribu. Berhubung anaknya suka tantangan, akhirnya sewa motor saja. Kapan lagi bisa keliling kota Bandung motoran, hahaha. Naik-naik ke puncak gunung dengan bekal ikut arus, akhirnya sampai juga kami di objek wisata tujuan. Kami membayar uang masuk Rp77.000,00 untuk dua orang, plus jasa parkir Rp5.000,00. 


Tuh, bener kan maksimal 80 kg, hahaha.
Tak lama kemudian, kami memutuskan turun ke Floating Market yang nggak kalah padatnya. Sesungguhnya ingin lanjut ke Kawah Putih Ciwidey, namun katanya terlalu jauh dan medan jalannya lebih berat daripada ke Tangkuban Perahu. Dengan motor, kami membayar tiket masuk Floating Market Rp45.000,00. Lima ribu untuk parkir, dan dua puluh ribu untuk dua tiket masuk yang nantinya bisa ditukar dengan minuman gratis. Kalau mau makan di Floating Market ini harus beli coin dulu. Kayak kemarin kami coba mendoan, harus menukarkan coin senilai 20 ribu dulu.



Terlalu banyak yang antri foto di situ, tante lelah dek~

Maksud hati ingin lanjut ke Observatorium Bosscha, yang letaknya pas di jalur pintu keluar dari Floating Market itu. Namun apa daya, ternyata tutup sampai tanggal 3 Januari 2017. Akhirnya memutuskan ke Pasar Baru Squre saja. Memecah padatnya kendaraan di Jalan Setiabudi, melewati tempat hits macam Farmhouse dan sampailah di tempat tujuan. Pusat belanja andalan dari zaman kuliah, kalau ke Bandung, hukumnya fardhu 'ain buat mampir, hahaha.

Selesai belanja baru ingat dari siang belum sempat makan. Karena udah kepikiran pasta akhirnya ke Warung Pasta di Jalan Ganeca. Pulang ke penginapan lewat Dago dan lagi-lagi jalan alternatif via Bukit Pluncut Ciumbuleuit yang jalannya sepi macam tempat jin buang anak. Motor sempat nggak kuat nanjak, akhirnya terpaksa aku minta Mbak Puput turun sebentar dari boncengan dan jalan kaki, hehehe. Sampai penginapan sudah jam sembilan malam.

Hari terakhir di Lembang, kami manfaatkan ke De Ranch yang bisa jalan kaki dari penginapan. Tiket masuknya berdua cuma dua puluh ribu saja, lagi-lagi bisa ditukarkan dengan minuman. De Ranch ini seharusnya tutup di Hari Senin, tetapi karena kemarin waktu berkunjung kesana adalah libur panjang, mungkin memang pengecualian. Ada banyak wahana permainan di dalamnya. Yang paling ramai adalah menunggang kuda, yang setiap orangnya dikenai tarif Rp25.000,00. Oh ya, berat badan maksimal penunggang kuda 80 kg ya, mungkin kasian kudanya kalau terlalu berat, hahaha. Karena antriannya panjang dan katanya sampai 1,5 jam, akhirnya kami memilih naik delman. Kami membayar Rp30.000,00 bisa untuk berdua atau bertiga katanya. Bapak kusir bercerita kalau di dekat situ adalah Taman Bunga Begonia yang bisa ditempuh dengan naik delman juga. Namun, waktu kami terbatas dan belum packing untuk kembali ke Jakarta, akhirnya belum sempat ke Taman Bunga Begonia.
Akhirnya pilih naik delman.
Satu lagi wahana permainan yang kami ikuti, yaitu flying fox. Aku memang menyukai permainan yang bikin deg-degan gitu. Apalagi untuk naiknya harus meniti batu demi batu macam anak Pecinta Alam latihan panjat tebing. Oh iya, kami membayar Rp20.000,00 per orang untuk mainan flying fox ini. Sebenarnya ada wahana lain yang aku ingin, trampoline, tetapi berat badan maksimal 45 kg. Memang bukan buat tante-tante kayaknya, huhuhuhu...

Pulangnya kami pesan Gocar lagi, yang sama bapak Gocarnya diminta cancel aja diaplikasi tapi dibayar tunai dan ditambah gocap lagi. Jadi di aplikasi harganya Rp42.000,00 tambah Rp50.000,00, macam carteran gitu lho. Bener juga kata abang Gocar yang nganterin kemarin ternyata, susah cari Gocar di Lembang. Dan anggap saja memang harga liburan ya segitu, daripada ketinggalan kereta, hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS