Pages

Witing Tresna Jalaran Saka Kuliner

Senin, 21 November 2016

Sebuah pepatah Jawa berbunyi, "Witing tresno jalaran saka kulina" yang bisa diartikan sebagai "Cinta ada karena terbiasa". Kalian pasti mengira aku sedang baper-bapernya. Memang iya, untuk pertama kalinya setelah setahun di sini, aku baper pada ikan bakar, hahaha.

Sudah menjadi kebiasaan untukku menginginkan menu makanan yang berbeda setiap hari. Bahkan kalau lama tak pulang, aku bisa kangen banget pada bubur gudeg atau nasi liwet. Jangankan berada jauh seperti ini. Di rumah saja aku bisa kangen makanan di Jogja. Di tempat nenek, aku bisa kangen makanan di rumah, atau sebaliknya. Ya, nyebelin memang. Mamahku melabeliku "ilat keplek", aku tak mau makan dengan menu yang sama dalam beberapa hari alias nget-ngetan kalau di rumah, kalau di kosan sih ya daripada nggak makan hahaha.

Sama seperti di sini. Di antara menu khas daerah Palu yang ada, belum ada yang aku suka. Biasanya aku memakannya di acara tertentu saja. Sebut saja utadada, kapurung, ikan bakar, bubur Manado, binte, sop saudara, cotto, kaledo, ayam bakar Madamba, dan lain sebagainya. Tak ada yang benar-benar menarik perhatianku, kecuali bubur Manado karena pada dasarnya aku penyuka bubur. Pun aku paling jarang makan ikan. Padahal ikan laut di sini masih sangat segar, baru mati sekali. Tidak seperti di Jawa yang ikannya sudah mati berkali-kali.

Tetapi entah mengapa, sejak pekan kemarin aku ingin sekali makan ikan bakar. Memang sering aku tetiba ingin sekali makan sesuatu seperti orang ngidam. Sampai sempat terpikir membuat jamuan rapat kantor dengan menu ikan bakar di RM Sidrap di Jalan Basuki Rahmat. Tetapi urung dilakukan karena nggak yakin mereka bisa take away, kan biasanya ikan dihargai secara kiloan.

Seiring waktu berlalu, dan jamuan rapat akhirnya terwujud dalam bentuk pasta dan dada KFC. Meski pasta dengan saus creamy adalah favoritku, ternyata tak menghilangkan keinginanku menyantap ikan laut bakar. Selesai acara Kelas Inspirasi Palu #1 kemarin, kami makan bersama di RM Sauna Alam Pratama dengan menu ikan mujair bakar. Tumben aku bisa bersih memakannya. Biasanya makan ikan cuma sekedarnya saja.

Penampakan ikan bakar RM Sidrap yang difoto ala kadarnya keburu lapar, hahaha.
Kupikir keinginanku makan ikan bakar sudah tuntas. Ternyata aku salah, di akhir hari, aku spontan mengajak Itty makan ikan bakar di RM Sidrap dekat kantor. Beruntung dia mau menemaniku. Karena apalah arti makan nikmat kalau sendirian. Kami memilih jenis ikan batu dan dibakar dengan rasa yang pedasnya sedang. Aku memang tak bisa makan terlalu pedas, bisa membuat perut terasa panas dan bisa memicu kambuhnya maag.

Selesai makan rasanya bahagia sekali, seperti rasanya lebih enak dari biasanya. Mungkin efek ngidam yang terpenuhi. Mungkin aku sudah mulai jatuh cinta pada ikan bakar. Mungkin levelnya sudah naik dari "nggak sukamenjadi "ya, boleh deh" hahaha. Mungkin ini bekal empat tahun ke depan untuk menikmati kehidupan di sini. Mungkin ini tandanya aku mulai betah di sini. Mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS