Pages

Menuju Poso; Perjalanan Terjauh Perdana di Sulawesi

Rabu, 27 April 2016



Hari ini aku dan tim berangkat ke Poso, Sulawesi Tengah.  Tempat yang lagi booming sama keberadaan teroris di Indonesia akhir-akhir ini.  Nama salah satu kabupaten yang lebih terkenal dari Palu sebagai ibukota provinsi Sulawesi Tengah. Rombongan kami berangkat dari Palu sekitar pukul 12 siang, melewati jalan Trans Sulawesi yang berkelok-kelok naik turun macam drama percintaan jomblo seperempat abad yang tak jua bertemu dengan jodohnya. Uhuk, kok malah curhat. Jalan dengan ruas yang sempit sedangkan kendaraan yang melintas mayoritas berkecepatan tinggi. Meski tak ada bus seasoy Sumber Kencono, tapi tetap tidak direkomendasikan untuk newbie yang di lampu merah sedikit menanjak aja langsung grogi dan mati mesin. Kalaupun ada cabang PO Sumber Kencono di trayek ini, mungkin intensitas gas pol rem pol nya juga tidak akan setingtingjos di jalur Magelang – Jogja – Solo – Surabaya.

Menyusuri jalan Trans Sulawesi, kami melewati daerah yang dikenal dengan sebutan kebun kopi. Dengan polosnya aku bertanya, “di sebelah mana kebun kopinya?” karena bayanganku sama kayak jalur Solo – Semarang yang melewati kebun kopi itu. Ternyata Cuma sebutan aja. Okay, Cinderella kecewa karena telah berekspektasi terlalu tinggi. Tapi bagus kok pemandangannya. Karena jalan yang berkelok, mobil yang kami tumpangi berasa menyongsong pohon-pohon yang menjulang tinggi bagai raksasa. Lumayanlah pemandangan hijau sejuk setelah biasanya disapa cuaca panasnya Palu Kota Teluk.

Ternyata kami juga melewati jembatan Wentira, yang konon katanya ada negeri jin disana bagi yang dikehendaki untuk bisa melihatnya. Aku sih udah kelewat baru dong, itu pun dikasih tau. Berarti nggak dikehendaki melihat ya.. Alhamdulillah.. Aku melihat hijaunya pohon di kiri kanan jalan aja sudah bahagia.


Sekitar pukul 2 siang kami makan siang bersama tim Parigi di RM Griseldis di Maesa. Lumayan sih ada rasanya. Terus mampir sholat di Masjid At-Taqwa lupa nama daerahnya. Susah banget mengingat nama atau istilah di sini huhuhu.


Dan yang paling amazing adalah ada pondok gontor putri disini. Di Poso tepatnya. Aku kan jadi berasa udah di deket Sragen ya kalau gitu. Mamah... Jadi inget jaman lulus SMP pernah bilang ke ortu kalau mau masuk pondok gontor aja kalau gak ketrima di Smaga. Ancaman anak labil pada zamannya yang Cuma isapan jempol belaka. Mampir sholat lagi di daerah yang belum ingat namanya. Dan sekitar satu jam kemudian baru kami sampai di Hotel 77 Poso. Ternyata hotelnya syariah cyin, ada sajadahnya juga. Siapa tau bobok disini sebulan ke depan bikin aku makin syariah juga hihihi.

P.S. Ini udah ditulis semalam sebelum tidur tapi baru bisa posting setelah ngantor di tempat orang, entah kenapa semalam ga bisa konek WiFi hotel, mungkin karena akunya belom syariah. Hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS