Pages

Selamat dari Gempa Palu (Part 1)

Kamis, 04 Oktober 2018

Sore itu hari Jumat (28/09/2018) menjelang Maghrib aku masih di kantor, menginput beberapa surat tugas yang baru ditandatangi oleh kepala kantor. Sebenarnya ada keinginan untuk pulang ke mess, namun kupikir nanggung, sekalian saja aku selesaikan dulu pekerjaan daripada hari Sabtu aku harus ke kantor lagi. Namun tiba-tiba gempa mengguncang bangunan kantor kami. Awalnya aku masih tenang, karena dari jam 2 siang sudah ada tiga kali gempa berkekuatan lebih dari 5 SR dan kami tidak apa-apa. Tetapi aku salah, gempa yang terjadi kekuatannya lebih besar dan durasinya lebih lama dari tiga gempa yang terjadi sebelumnya pada hari itu, sehingga aku berlari dengan panik untuk segera keluar gedung kantor.

ATM depan kantor kami rubuh seketika. Foto diambil Sabtu (29/09/2018).

Bangunan kantin dan ruang genset kantor yang terbelah menjadi 3 bagian. Foto diambil Sabtu (29/09/2018).

Permukaan tanah yang bergelombang terlihat dari paving blok yang sudah tidak rata lagi. Foto diambil Sabtu (29/09/2018).

Pintu depan kantor di sisi selatan. Foto diambil Sabtu (29/09/2018).

Aku berlari tanpa alas kaki, dalam kondisi panik dan takut, aku terus menyebut nama Allah.  Tak peduli terpeleset karena dalam otakku saat itu adalah bagaimana caranya agar aku bisa segera keluar dari gedung itu. Tepat di depan tangga lantai 1, aku melihat seorang lelaki berjaket hitam yang terpeleset dan ada air entah dari mana. Dilema antara ingin menolong dan menyelamatkan diri, akhirnya aku memutuskan keluar dari pintu kaca di belakang kantor. Karena lantai depan pintu sudah bergeser ke atas, membuat pintu itu tak bisa dibuka secara sempurna. Akhirnya aku terperosok di taman dan parit kecil di dekatnya. Pikiranku masih dihantui ketakutan akan kemungkinan robohnya gedung dan pecahan kaca yang bisa mengenaiku kapan saja. Aku langsung bangkit dari dan melompat sehingga badanku jatuh berguling di paving blok di halaman belakang kantor. 

Aku segera bangkit dan menghampiri seorang satpam senior yang sedang menenangkan dua remaja putri peserta latihan karate di kantor kami. Kemudian dari pintu tempatku keluar, muncul tiga orang teman yang baru saja keluar gedung. Kami langsung berkumpul bersama di dekat mushola. Beberapa saat kemudian muncul Pak Heri yang menyebut namaku. Aku langsung merespon bahwa aku selamat dan aku bilang kalau ada lelaki berjaket hitam terpeleset di lantai 1 yang tiba-tiba berair. Ternyata lelaki itu adalah Bang Ipang. Alhamdulillah dia selamat setelah keluar dari lobby depan. Air yang tetiba muncul ternyata adalah air akuarium besar yang kacanya telah pecah. Jangan tanyakan kami bagaimana nasib ikan arwana seharga 40 juta rupiah yang menjadi penghuninya. Entah bertahan atau tidak.

Ternyata masih banyak orang yang belum pulang. Akhirnya kami menggelar karpet mushola di halaman belakang tempat yang biasanya digunakan untuk latihan karate. Kami juga mengeluarkan seluruh isi almari mushola berupa mukena, sajadah dan sarung. Beruntung air di tandon mushola masih ada sehingga dapat kami gunakan untuk wudhu dan bersuci setelah buang air. Mukena-mukena juga sangat bermanfaat untuk kami menghangatkan diri dari dinginnya malam. Kami tidur memakai mukena sepanjang malam.

Bersambung~

3 komentar:

Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS