Pages

Fatikong & Skripsyong (Part 2)

Kamis, 28 November 2013

Keesokan harinya, aku langsung  ke kantor pusat di jalan Japati. Sendirian. Sama teh Puput Cuma di anterin sampe nunggu angkot yang tepat dan dipesenin ke bapak sopirnya dimana aku harus turun. Setelah nanya ke satpam, nuker kartu identitas ke lobi, baru aku bisa ke divisi tujuan. Ternyata surat dan proposalku memang sudah sampai. Tetapi mereka bingung bagaimana mau membantuku karena job desk mereka tidak sesuai dengan proposalku. Mereka bilang yang job desk nya sesuai itu kantornya di Jakarta, dan itu da terpusat, melainkan terbagi menurut produk masing-masing. Nah lho, bingung dan lemeslah aku. Di benakku tak ada bayangan perusahaan lain.

Setelah selesai, aku ditemani teh Puput dan Cici ke Pasar Baru. Itu tempat memang jadi tempat favorit dan wajib dikunjungi kalau aku ke Bandung. Lumayanlah, bisa jadi mood booster, mihihihi… Setelah berbelanja sampai lapar, kita makan di rumah makan apa ya, lupa namanya. Pokoknya ada di perempatan dekat Kalapa. Terus kita juga numpang sholat sama nyari tiket kereta buat aku pulang di Alfamart dekat situ. Aku putusin naik kereta ekonomi, karena kupikir hasil ke Bandung buat skripsiku nihil dan aku nggak pantes buat senang-senang dulu.

Pagi bener aku udah mandi dan siap-siap berangkat ke Stasiun Kiara Condong. Untung ada Cici yang baik hati mau nganterin di pagi buta yang dingin. Ya gimana gak dingin? Menerobos jalanan Bandung jam 5 pagi bo! Udah gitu sesampainya di stasiun eh loket buat penukaran tiketnya belom buka. Makasih banget buat Cici yang mau nemenin sampai aku boleh masuk peron. Jadi aku ga cengoh nunggu sendirian selama satu jam.

Aku bahagia perjalanan pagiku disambut mentari bersinar. Namun ternyata kebahagiaanku tak bertahan lama ketika semakin banyak orang dan pedagang asongan yang memenuhi kereta. Sebenarnya aku sama sekali nggak mempermasalahkan keberadaan para pedagang asongan, karena aku tahu mereka pun sedang berjuang mencari sesuap nasi demi kehidupan keluarga. Yang bikin aku gak betah waktu itu adalah hawa panas yang bercampur keringat orang-orang di sekelilingku. Iyuh banget pokoknya. Mungkin kalau aku tipe mabuk darat, isi perutku sudah keluar semua. Syukurlah aku cuma eneg aja. Pinginnya cepet turun dan berasa gak nyampe-nyampe ke Lempuyangan. 

Setelah ke Bandung, aku sempat merasa down dan tidak tahu lagi harus dibawa kemana skripsiku yang masih seujung kuku. Namun, dorongan semangat dari keluarga dan sahabat terdekat membuatku bangkit dan tak patah arang. Kemudian aku bertanya ke dosen pembimbingku apa aku boleh ganti obyek. Alhamdulillah diperbolehkan asal masalah yang akan diteliti masih sama. Aku kembali brain storming untuk menemukan sasaran baru dan mempertahankan judul skripsiku. Ada pilihan untuk berganti tema, namun aku sudah membuang banyak waktu dan buntu untuk memikirkan hal baru. Yang ada di benakku waktu itu adalah bagaimana menemukan perusahaan yang mau aku teliti.

Muncullah ide meneliti suatu perusahaan provider telekomunikasi yang baru berkembang. Aku pikir itu menarik, karena dia sebagai anak baru sudah mampu bersaing dengan para pendahulunya di bidang itu. Sama seperti sebelumnya, aku memang tidak punya kenalan yang bekerja di situ. Akhirnya aku lagi-lagi harus berjibaku mencari kontak yang bisa dihubungi dan syukurlah mereka menanggapi. Aku merasa mendapat angin surga saat itu. Namun, saat aku sudah mengirim proposalku, mereka tak kunjung memberi tanggapan lagi seperti sebelumnya. Aku mulai merasa mereka member harapan palsu padaku. Namun, bukan aku kalau menyerah sampai disitu. Aku sempat akan nekat datang ke kantornya yang ada di Jakarta Selatan demi menanyakan konfirmasi penelitianku, dapatkah aku mencari data skripsi disitu?

To be continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS