Keesokan harinya, aku langsung ke kantor pusat di jalan Japati. Sendirian.
Sama teh Puput Cuma di anterin sampe nunggu angkot yang tepat dan dipesenin ke
bapak sopirnya dimana aku harus turun. Setelah nanya ke satpam, nuker kartu
identitas ke lobi, baru aku bisa ke divisi tujuan. Ternyata surat dan
proposalku memang sudah sampai. Tetapi mereka bingung bagaimana mau membantuku
karena job desk mereka tidak sesuai dengan proposalku. Mereka bilang yang job
desk nya sesuai itu kantornya di Jakarta, dan itu da terpusat, melainkan
terbagi menurut produk masing-masing. Nah lho, bingung dan lemeslah aku. Di
benakku tak ada bayangan perusahaan lain.
Setelah selesai, aku ditemani teh Puput dan Cici ke Pasar
Baru. Itu tempat memang jadi tempat favorit dan wajib dikunjungi kalau aku ke
Bandung. Lumayanlah, bisa jadi mood booster, mihihihi… Setelah berbelanja
sampai lapar, kita makan di rumah makan apa ya, lupa namanya. Pokoknya ada di
perempatan dekat Kalapa. Terus kita juga numpang sholat sama nyari tiket kereta
buat aku pulang di Alfamart dekat situ. Aku putusin naik kereta ekonomi, karena
kupikir hasil ke Bandung buat skripsiku nihil dan aku nggak pantes buat
senang-senang dulu.
Pagi bener aku udah mandi dan siap-siap berangkat ke Stasiun
Kiara Condong. Untung ada Cici yang baik hati mau nganterin di pagi buta yang
dingin. Ya gimana gak dingin? Menerobos jalanan Bandung jam 5 pagi bo! Udah
gitu sesampainya di stasiun eh loket buat penukaran tiketnya belom buka.
Makasih banget buat Cici yang mau nemenin sampai aku boleh masuk peron. Jadi
aku ga cengoh nunggu sendirian selama satu jam.
Aku bahagia perjalanan pagiku disambut mentari bersinar.
Namun ternyata kebahagiaanku tak bertahan lama ketika semakin banyak orang dan
pedagang asongan yang memenuhi kereta. Sebenarnya aku sama sekali nggak
mempermasalahkan keberadaan para pedagang asongan, karena aku tahu mereka pun
sedang berjuang mencari sesuap nasi demi kehidupan keluarga. Yang bikin aku gak
betah waktu itu adalah hawa panas yang bercampur keringat orang-orang di
sekelilingku. Iyuh banget pokoknya. Mungkin kalau aku tipe mabuk darat, isi
perutku sudah keluar semua. Syukurlah aku cuma eneg aja. Pinginnya cepet turun
dan berasa gak nyampe-nyampe ke Lempuyangan.
Setelah ke Bandung, aku sempat merasa down dan tidak tahu
lagi harus dibawa kemana skripsiku yang masih seujung kuku. Namun, dorongan
semangat dari keluarga dan sahabat terdekat membuatku bangkit dan tak patah
arang. Kemudian aku bertanya ke dosen pembimbingku apa aku boleh ganti obyek.
Alhamdulillah diperbolehkan asal masalah yang akan diteliti masih sama. Aku
kembali brain storming untuk menemukan sasaran baru dan mempertahankan judul
skripsiku. Ada pilihan untuk berganti tema, namun aku sudah membuang banyak waktu
dan buntu untuk memikirkan hal baru. Yang ada di benakku waktu itu adalah
bagaimana menemukan perusahaan yang mau aku teliti.
Muncullah ide meneliti suatu perusahaan provider
telekomunikasi yang baru berkembang. Aku pikir itu menarik, karena dia sebagai
anak baru sudah mampu bersaing dengan para pendahulunya di bidang itu. Sama
seperti sebelumnya, aku memang tidak punya kenalan yang bekerja di situ.
Akhirnya aku lagi-lagi harus berjibaku mencari kontak yang bisa dihubungi dan
syukurlah mereka menanggapi. Aku merasa mendapat angin surga saat itu. Namun,
saat aku sudah mengirim proposalku, mereka tak kunjung memberi tanggapan lagi
seperti sebelumnya. Aku mulai merasa mereka member harapan palsu padaku. Namun,
bukan aku kalau menyerah sampai disitu. Aku sempat akan nekat datang ke
kantornya yang ada di Jakarta Selatan demi menanyakan konfirmasi penelitianku,
dapatkah aku mencari data skripsi disitu?
To be continue~
To be continue~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentator tolong tinggalin nama ya..! Makasih :)